Seks merupakan salah satu aktivitas paling penting bagi perkembangan dan kesehatan jiwa bagi seseorang. Pengaruhnya sangat berdampak besar mulai dari saraf hingga keseluruhan organ tubuh. Meskipun memberikan sumbangsih yang besar bagi kesehatan, hal ini masih digolongkan sebagai topik yang tabuh untuk diperbincangkan.
Sehingga, banyak sekali orang-orang memiliki sedikit ilmu pengetahuan terkait seks yang baik dan sehat. Lumrahnya, pembicaraan ini hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumah tangga. Tidak jarang juga, orang yang dewasa namun belum menikah akan dipandang buruk jika membahas dan memiliki pengetahuan yang luas terkait seks.
Karena terbatasnya ruang dan informasi yang memadai terkait seks. Bagi remaja usia 11-17 tahun masih awam apalagi khususnya anak-anak 6-10 tahun dan yang balita terkategori berusia 3-5 tahun yang fungsi otaknya sudah berkembang lebih baik dalam memahami.Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi orang tua dan tenaga medis untuk memberikan sosialisasi terkait sex education itu sendiri nih sobat YesDok.
Berikut ini penjelasan mengapa pentingnya sex education diajarkan sejak dini.
Akibat dari ketabuhan seks untuk dipelajari, banyak sekali kasus pelecehan seksual yang terjadi disekitar kita, salah satunya pedofilia yang ditandai sebagai kelainan kejiwaan yang terkategori pada hasrat seksual terhadap bayi, anak-anak dan remaja sehingga melakukan tindakan pelecehan dan hal-hal tak senonoh kepada korban.
Peristiwa ini sering terjadi di Indonesia khususnya. Anak-anak tidak diajarkan dan diberi pengertian secara spesifik tentang pentingnya menjaga keselamatan diri terkhusus pada organ keintiman. Rendahnya pengetahuan terkait organ seksual, menjadikan anak-anak tidak aware terhadap privasi dirinya.
Dilansir dari www.medscape.com, pada usia 15 tahun terdapat 21% anak perempuan, 20% anak laki-laki pernah melakukan hubungan seksual setidaknya sekali, Berdasarkan data Nasional Pertumbuhan Keluarga tahun 2015-2017. Pada usia 17 tahun terdapat 53% pada anak perempuan, 48% pada anak laki-laki. Usia 20 tahun, sekitar 79% perempuan, 77% laki-laki.Berdasarkan CDC, 2021 terkait pengobatan serta skrining IMS bahwa terdapat infeksi klamidia dan gonore pada wanita, paling besar terjadi pada anak remaja dan dewasa muda.
Berdasarka data di atas, menandakan bahwa anak-anak paling rentan terdampak dari aktivitas seksual yang tidak baik. Oleh karena itu, hal ini seharusnya menjadi kesadaran dan peran aktif oleh kita bersama nih sobat YesDok, agar kedepannya kesadaran akan pentingnya sex education menjadi perhatian bersama untuk menjaga keluarga dan yang tersayang dari bahayanya.
Sebuah pernyataan yang pernah dilontarkan oleh bintang papan atas Hollywood yaitu Billie Eilish dalam interview nya bersama Howard Stern, ia menyatakan bahwa dirinya sangat sering menonton pornografi dimulai sejak usia 11 tahun dengan frekuensi yang sering, sehingga membuat kemampuan otaknya lemah dan sangat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mentalnya.
Hal ini terjadi karena kemudahan akses yang mendukung teknologi dalam segala hal termasuk pornografi. Namun terbatasnya dan sedikitnya informasi yang membahas terkait sex education untuk menjadi pengimbang efek buruk dari pornografi tersebut.
Berikut beberapa dampak dari minimnya edukasi seks kepada anak :
Saat menjadi orang tua anda harus sudah mendeteksi kemugkinan yang terjadi kedepannya terkait pola asuh, pemenuhan nutrisi dan gizi, mencakup kebutuhan primer, sekunder dan tersier pada keturunan.
Sehingga banyak sekali tantangan yang harus dihadapi kedepannya. Pemenuhan kebutuhan secara fisik saja tidak cukup dalam merawat anak. Anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang, dan penerimaan terkait kebutuhan psikologis yang utama dalam tumbuh kembangnya.
Sobat YesDok, anda juga harus mempersiapkan hal-hal berikut ini, agar tidak menjadi orang tua yang gagal dalam membesarkan anaknya. Karena anak-anak akan merasakan dan melewati fase penasaran terhadap organ reproduksinya, anda harus bisa memenuhi rasa penasarannya dengan bijaksana dan jelas.
Menurut Sigmud Freud dilansir dari yankes.kemkes.go.id, menerangkan bahwa perkembangan psikoseksual anak terbagi menjadi beberapa fase, antara lain sebagai berikut :
Pada fase ini anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin, mereka hanya merasakan kenikmatan dari oral (0-2 tahun) , seperti menghisap jempol dan menyusui. Sedangkan kenikmatan anal (2-4 tahun) seperti melalui daerah anus, seperti proses pembuangan.
Pada fase ini (6-10 tahun) anak sudah mengetahui perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang lain, mereka juga cenderung membandingkan alat kelaminnya. Anak juga mulai mengalami dorongan seksual, seperti ketertarikan terhadap lawan jenis.
Berdasarkan paparan di atas, sebagai orang tua dan kerabat kita harus memberikan dukungan dan pengawasan untuk tumbuh kembang anak-anak. Sehingga kedepannya tidak ada lagi kasus pelecehan dan kekeraasan seksual yang terjadi pada keturunan dan orang yang kita sayangi. Pentingnya untuk membicarakan segala sesuatu meskipun tabuh, agar setidaknya anak tidak awam lagi terkait seksual dan tahu harus mengambil tidakan yang tepat.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/516/pentingnya-edukasi-seks-pada-anak
COPYRIGHT ©2023 ALL RIGHTS RESERVED BY YesDok