Pulih dari Corona, ini Saatnya Menghadapi Stigma Sosial

March 28, 2020 | Iman

Terkucilkan dari masyarakat sosial

Pandemi coronavirus (COVID-19) sekarang telah memengaruhi lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia dengan infeksi meningkat setiap detik. Banyak, yang selamat dari infeksi, sekarang berurusan dengan banyak stigma sosial di sekitar penyakit. Begitulah kisah Rebecca James, salah satu yang pertama didiagnosis menderita penyakit di Eropa.

James masih aktivitas seperti biasa pada 29 Februari, meski sudah merasa ada yang aneh pasa dirinya. Meski corona sudah menggemparkan dunia, warga Eropa masih riang seperti biasanya dan bersenang-senang. 

Situasi berubah ketika lonjakan pasien di Italia meningkat tajam. Ia tidak menyangka mengidap salah satu virus mengerikan yang mengancam umat manusia. 

James mengatakan bahwa ia masih pesta di hari Sabtu, sebelum ia merasa sakit yang mengerikan dan merasa pusing di hari Selasa. Bahkan James mengatakan beberapa temannya yang hadir di pesta juga merasakan hal yang sama dan merasa sadar jalani tes medis. 

James sempat pingsan, meski sempat dibantu beberapa temannya. Lalu ia memutuskan pergi ke rumah sakit dan di sana ditanya tentang gejala yang berkorelasi dengan corona. "Dokter memeriksa mata dan tenggorokan saya, lalu langsung meminta saya mengisolasi diri minimal 7-14 karena menderita corona," kata James. 

James menderita demam tinggi malam itu. Dia menceritakan bahwa dia terlalu lelah untuk pergi ke kamar mandi karena sakit kepala luar biasa yang tiada henti. Satu-satunya yang bisa dilakukan ialah berbaring. Ia kehilangan nafsu makan, meski masih makan meski tidak seperti biasanya. 

“Mulai saat itu saya sangat berhati-hati dengan orang-orang yang saya hubungi. Saya pun mulai mandiri dengan memasak hingga membersihkan ruangan secara rutin," kata James.

Baru setelah hari-hari tersebut James dapat mengumpulkan keberanian untuk berbicara dengan orang-orang dan dunia sekitar. James kembali ke dokter untuk memastikan semuanya sudah berlalu. 

Namun apa yang tidak dia bayangkan adalah kecurigaan yang dia rasakan dari orang-orang di sekitarnya. Dia merasa dihakimi dan ditanyai tentang kesehatannya sepanjang hari. “Saat itu saya merasa sangat sadar bahwa saya menjadi berhati-hati batuk atau bersin,” katanya.

Pada awalnya ia kesulitan, perlahan ia berdamai untuk tidak bosan menjelaskan orang terdekat jika telah benar-benar sehat. "Saya selalu mengatakan pada mereka jika sudah lebih menjaga diri lebih sehat, mulai dari asupan gizi, cuci tangan teratur, hingga olahraga, dan sebaiknya karantina diri di rumah," kata James. 

“Kita juga harus lebih sadar tentang cara kita memperlakukan orang lain. Saat-saat seperti ini benar-benar menunjukkan wajah asli setiap individu," James menambahkan. 

(Foto: forbes)

YesDok Ads