Makanan Tidak Sehat Ini Berpotensi Sebabkan Masalah Jantung

November 18, 2020 | Helmi

makanan olahan

Rutin mengonsumsi makanan yang tidak sehat sejak usia muda dapat menyebabkan meningkatnya risiko penyakit jantung di kemudian hari. Terutama jika makanan Anda penuh dengan makanan penyebab peradangan seperti daging olahan, daging merah, minuman manis, dan minyak.

Menambahkan lebih banyak bukti tentang risiko jangka panjang dari makanan berlemak dan bergula, para peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengikuti lebih dari 200.000 profesional perawatan kesehatan AS berusia antara 24 dan 40, selama 24 hingga 32 tahun.

Setiap empat tahun, peserta melaporkan jenis makanan yang mereka makan dan seberapa sering mereka konsumsi.

Para peneliti menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan yang kaya akan makanan inflamasi memiliki risiko 38% lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular (CVD), termasuk serangan jantung dan stroke, dibandingkan mereka yang melaporkan diet yang lebih sehat.

Studi ini dipublikasikan dalam Journal of the American College of Cardiology edisi November.

Makanan olahan berperan besar dalam peradangan. Ini adalah makanan olahan yang umumnya mengandung lemak trans dan lemak jenuh, keduanya diketahui dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh.

Selain kategori makanan yang telah disebutkan, keju olahan, makanan yang diasapi, produk gandum olahan, dan cokelat manis adalah contoh makanan inflamasi, ujar Dana Weiner, ahli diet terdaftar di Sheba Medical Center, Tel Hashomer, Israel. Penelitian membuktikan bahwa makanan tersebut dapat menyebabkan peradangan pada tubuh.

Peradangan adalah pertahanan sistem kekebalan terhadap penyerang dan infeksi. Peradangan dalam waktu singkat dimaksudkan untuk membantu tubuh Anda sembuh. Namun, peradangan jangka panjang dapat merusak pembuluh darah, sel, dan jaringan, yang menyebabkan CVD, serta kondisi kronis lainnya.

Satu studi menunjukkan hubungan penting antara lemak trans dan zat dalam darah yang disebut CRP yang menunjukkan adanya peradangan di tubuh. Pada mereka yang mengonsumsi lemak trans paling banyak, 73% menunjukkan tingkat CRP yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang makan paling sedikit.

(Foto: NHS)

YesDok Ads