Kenali Hipospadia, Kelainan Bawaan Lahir yang Bisa Terjadi pada Bayi Laki-Laki

January 13, 2023 | Claudia

Hipospadia Adalah

Hipospadia adalah kelainan lahir, di mana lubang uretra tidak berada di ujung penis. Sebaliknya, lubang uretra justru berada di sepanjang penis atau di skrotum.

Pengobatan untuk hipospadia biasanya sudah mulai diberikan pada bayi ketika berusia 6-12 bulan. Akan tetapi, pengobatan untuk anak-anak hingga orang dewasa juga memungkinkan.

hipospadia adalah salah satu kelainan lahir yang menyebabkan uretra berkembang di tempat yang salah saat bayi berada di dalam kandungan. Uretra adalah saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh. Pembukaan uretra biasanya terletak di ujung penis.

Akan tetapi, pada bayi dengan hipospadia, pembukaan uretra dapat terbentuk di sepanjang bagian bawah penis. Dalam beberapa kasus, pembukaan uretra juga muncul di skrotum.

Jika uretra berada di tempat yang tidak seharusnya, seseorang akan mengalami kesulitan untuk buang air kecil sambil berdiri. Ia mungkin juga akan mengalami kesulitan saat melakukan aktivitas seksual di kemudian hari.

Meskipun dalam kebanyakan kasus hipospadia terjadi pada bayi laki-laki, akan tetapi dalam kasus yang sangat jarang terjadi, bayi perempuan juga bisa mengalami hal ini.

Jenis hipospadia

Lokasi uretra menentukan jenis hipospadia, dan ada tiga jenis hipospadia yang dapat terjadi, yakni:

Glanular atau subcoronal: Dalam jenis hipospadia ini, pembukaan uretra dapat berkembang di dekat kepala penis.

Distal atau midshaft: Pada hipospadia distal, lubang uretra muncul di sepanjang batang penis.

Proksimal atau penoskrotal: Hipospadia proksimal adalah ketika pembukaan uretra berkembang antara pangkal batang penis dan skrotum.

Gejala hipospadia

Gejala utama hipospadia adalah ketika letak uretra tidak berada di tempat yang semestinya. Ada beberapa gejala hipospadia yang lain, yakni:

  • Bentuk penis yang melengkung sedikit ke bawah.
  • Kulup yang terbentuk tidak sempurna, di mana kulup terbentuk di bagian belakang penis, tetapi tidak seluruhnya.
  • Masalah dengan buang air kecil, karena urine dapat menyembur ke bawah atau ke samping.
  • Testis yang tidak turun.

Penyebab hipospadia dan faktor risiko

Penyebab pasti hipospadia saat ini tidak diketahui. Akan tetapi, para ahli kesehatan percaya, bahwa ada faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mungkin mengalami hal ini, termasuk:

Gentika

Genetika disebut-sebut berperan dalam risiko berkembangnya hipospadia. Penelitian di tahun 2017 menemukan bahwa 7% orang dengan hipospadia memiliki anggota keluarga dengan gangguan serupa. Selain itu, saudara laki-laki dari seorang anak dengan hipospadia memiliki kemungkinan 9-17% untuk mengalami kondisi serupa.

Masalah sebelum atau selama kehamilan

CDC menyatakan bahwa bayi yang lahir dari wanita berusia 35 tahun atau lebih dengan obesitas, cenderung mengalami hipospadia.

Bayi yang lahir prematur atau kembar monokorion, yakni bayi yang berbagi satu plasenta, juga lebih mungkin untuk mengalami hipospadia. Plasenta yang kurang berkembang atau rusak juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami hipospadia.

Masalah hormon

Meski bisa berkembang dengan sendirinya, hipospadia juga bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lain. Kondisi ini termasuk testis yang tidak turun dan mikropenis.

Hormon tertentu sangat penting dalam perkembangan genital. Oleh karena itu, defisiensi hormon merupakan penyebab potensial dari hipospadia.

Selain itu, CDC melaporkan bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan, cenderung memiliki bayi dengan hipospadia.

YesDok menyediakan dokter profesional yang memungkinkan Anda berkonsultasi dari mana saja dan kapan saja. Konsultasi keluhan mengenai masalah kesehatan Anda dengan dokter spesialis di aplikasi YesDok.

(Foto: CloudHospital)

YesDok Ads