Waspada Serangan Jantung saat Liburan

April 28, 2019 | Iman

Berlibur memang sangat menyenangkan. Namun, tidak bagi para wanita atau seorang ibu yang mengurus segala keperluan. Keinginan untuk menciptakan liburan yang sempurna bagi keluarga, tidak jarang memberi tekanan dan rasa cemas berlebihan dan memunculkan masalah jantung.

Secara umum, gejala serangan jantung mudah dikenali yaitu nyeri dada, nafas pendek-pendek. Namun pada serangan jantung yang diam-diam, gejala hanya mirip flu, gangguan pencernaan, atau seperti ada otot yang tertarik di dada atau punggung. 

Menurut ahli jantung dari Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Houston Methodist DeBakey, Amerika Serikat, dr. Karla Kurrelmeyer, gejala-gejala tersebut harus segera diperiksa, untuk mencegah kerusakan jantung. “Saat stres, tubuh mengeluarkan hormon stres yang mengguncang jantung.

Terjadi perubahan pada otot-otot jantung, yang menyebabkan bilik kiri tidak berfungsi baik. Padahal, bagian ini merupakan pompa utama jantung,” ucap dr Karla seperti dilansir laman Healthday.com. 

YesDok Ads

Silent heart attack muncul ketika perempuan stres berat untuk waktu yang singkat, dan stres disertai kejadian traumatis seperti kematian, kecelakaan dan lain-lain yang biasanya dialami di usia 50 - 70-an tahun Lonjakan tekanan darah juga sering terjadi selama liburan. Bagi mereka yang punya riwayat hipertensi, sangat penting untuk selalu memonitor tekanan darah, khususnya ketika stres.

Dr Karla menuturkan, banyak perempuan yang masuk UGD dengan keluhan nyeri dada dan jantung berdebar, bahkan bisa terjadi stroke. “Kenali tanda dan gejala lain serangan jantung yang sering tersamar seperti kelelahan ekstrim, cemas, nafas pendek-pendek, rasa tertekan atau berat di bawah tulang dada atau punggung tengah, berkeringat, mual, muntah, pusing, rasa penuh/begah, gangguan pencernaan, sesak di tenggorokan, detak jantung cepat atau tidak beraturan,” papar dr Karla.

Ia juga menyarankan selama liburan, luangkan waktu untuk diri sendiri dan lakukan hal-hal yang menyenangkan untuk meredakan stres. “Misalnya jalan kaki, yoga, atau meditasi. Kuncinya, santai. Liburan harus menjadi saat menyenangkan bersama keluarga dan teman, bukan bersama dokter di UGD,” jelas dr Karla. 

(Foto : medicalnewstoday.com)

YesDok Ads