Beberapa negara saat ini sedang gencar melakukan vaksin untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap virus corona, tidak terkecuali Indonesia. Beberapa laporan kasus menunjukkan adanya gangguan haid pada pasien dan penyintas Covid-19 serta usai menerima vaksin.

Sebagian penyintas Covid-19 mengalami gangguan siklus menstruasi yang menetap beberapa waktu seperti siklus yang tidak teratur, bekuan darah haid yag tidak normal, dan PMS yang memburuk. Kemungkinan penyebabnya adalah adanya stres, dimana kelebihan pelepasan kortisol dapat menekan kadar hormon reproduksi yang normal. Sehingga dapat menganggu hormon dari otak ke organ genital dan memicu gangguan pada proses ovulasi.

Stres yang dialami bukan hanya secara psikis seperti kecemasan atau post trauma atau trauma pasca terinfeksi corona. Tetapi juga stres secara fisik berupa penyakit kronis, gejala yang menetap atau long covid dan stres sosial. Faktor lainnya yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan haid pada pasien Covid-19 adalah umur, tingkat keparahan, adanya penyakit komorbid, komplikasi organ dan penggunaan steroid akibat peradangan dan gangguan fungsi organ.

Meski begitu, Anda tidak perlu panik. Gangguan haid pada wanita yang terinfeksi corona bersifat sementara dan tidak menggangu fertilitas atau kesuburan. 84% volume haid akan kembali normal dan 99% siklus haid akan kembali normal dalam 1-2 bulan setelah dinyatakan sembuh. Sementara terkait dengan penerima vaksin yang mengalami gangguan haid, hingga saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan antara vaksin Covid-19 dengan perubahan siklus haid.

Bila terjadi gangguan haid atau keluhan yang dirasakan berkepanjangan, sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan atau dokter ahli endokrinologi. Pada umumnya, siklus menstruasi normal berkisar 21-35 hari. Anda juga harus memeriksakan diri jika menstruasi Anda berubah drastis selama 3 bulan berturut-turut.  Misalnya, siklus menjadi lebih pendek yakni kurang dari 21 hari atau menjadi lebih lama dari 35 hari.