Untuk memutus rantai penularan virus corona, Indonesia telah melakukan vaksinasi sejak awal tahun ini. Vaksin yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah vaksin sinovac. Vaksin ini telah diberikan ke sebagian besar orang, terutama tenaga medis, lansia hingga petugas publik.

Baru-baru ini muncul kabar baik dari vaksin sinovac yang menyatakan efektivitasnya telah terbukti di dunia nyata, bukan hanya dalam uji klinis saja. Hal ini disampaikan oleh dr. Adam Prabata, phD Candidate in Medical Science at Kobe University melalui akun instagramnya. Ia mengungkapkan, menurut data Chili bahwa efektivitas vaksin sinovac dapat mencegah Covid-19 bergejala sekitar 67%, 85% mencegah rawat inap karena Covid-19, 89% mencegah masuk ICU karena Covid-19 dan 80% mencegah kematian karena Covid-19.

Studi di Chili melibatkan 10,5 juta warga yang sudah divaksinasi dan belum berdasarkan usia, jenis kelamin, penyakit penderita, pendapatan dan kebangsaan. Interval vaksin sinovac atau pemberian dosis kedua rata-rata di 28 hari. Kurvanya menunjukkan bahwa orang yang telah mendapatkan vaksin angkanya lebih rendah ketimbang yang belum divaksin.

Selain itu, menurut data Brazil, efektivitas vaksin sinovac semakin meningkat dari minggu kedua hingga minggu kelima setelah dosisi kedua. Efektivitasnya mencapai 50,7% pada minggu kedua setelah dosis kedua, lalu meningkat menjadi 51,8% pada minggu ketiga, 68,4% pada minggu keempat dan sekitar 73,8% pada minggu kelima setelah dosis kedua.

Angka efektivitas vaksin Sinovac di Brazil didapatkan pada situasi dimana mayoritas kasus terjadi akibat varian P1. Varian P1 memiliki mutase “Eek” yang diduga bisa menghindar dari antibodi dan sudah ditemukan di Indonesia. Menurutnya, vaksin sinovac diduga tetap efektif dan memberi perlindungan dari mutasi virus penyebab Covid-19 yang ada saat ini.

Sebelumnya, pada uji klinis vaksin sinovac disebut mampu 100 persen mencegah kasus kematian akibat Covid-19. Sementara pada dunia nyata, efektivitas vaksin sinovac hanya 80 persen.

(Foto: caricom)