Terkait Virus Corona, Rasa Cemas Berlebihan Bisa Timbulkan Psikosomatik

March 28, 2020 | Aqiyu

Wanita cemas

Wabah virus corona di seluruh penjuru dunia belum juga berakhir. Setiap hari korban yang terinfeksi dan meninggal terus bertambah. Hal ini tentu membuat orang cemas ditengah virus corona yang semakin menyebar luas. Bahkan terkadang setelah mendengar berita mengenai corona virus sebagian besar Anda bisa merasakan gejala mirip covid-19 seperti sakit tenggorokan atau meriang.

Reaksi tubuh ini sebenarnya adalah wajar terjadi karena dipicu oleh rasa cemas yang berlebihan dan biasa disebut dengan Psikosomatik . Hal ini pun diungkapkan oleh pakar kesehatan mental, dr Andri SpKJ melalui akun twitter pribadinya @mbahndi.

“Masa saat ini ketika kita membaca berita atau cerita tentang gejala virus #corona atau #COVID19 dan tiba-tiba kita merasa tenggorokan kita agak gatal, nyeri dan merasa agak sedikit meriang, walaupun suhu tubuh normal. Itu wajar, reaksi psikosomatik tubuh saat ini memang terasa,” ungkapnya.

Reaksi psikosomatik ini timbul akibat kecemasan yang dirasakan secara berlebihan. Dimana amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori seseorang bekerja terlalu aktif. Sehingga dia tidak sanggup mengatasi kerja berat tersebut.

“Amygdala yang bekerja secara berlebihan ini dapat mengaktifkan sistem saraf otonom secara berlebihan. Kita jadi selalu dalam kondisi FIGHT or FLIGHT atau siaga terus menerus,” jelasnya.

YesDok Ads

Ketidakseimbangan ini yang membuat gejala psikosomatik muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman. Menurutnya, salah satu cara untuk mengurangi gejala psikosomatik akibat amygdala yang terlalu aktif adalah mengurangi dan membatasi informasi terkait corona virus atau hal lainnya agar tidak membuat diri dihantui rasa cemas.

 “Lakukan hal lain selain browsing, lakukan hobi yang menyenangkan dan sebarkan optimisme kita bisa lewati semua ini,” imbuhnya.

Sedangkan untuk gejala psikosomatik biasanya dikaitkan dengan beberapa hal. Ia menyebutkan bahwa gejalanya hilang dan timbul, tidak terus menerus dan berpindah-pindah. Maka dari itu, disarankan pemeriksaan yang objektif bisa dilakukan pada saat kondisi seperti demam tinggi, batuk, pilek dan sesak napas. Pengecekan suhu juga sangat penting karena bisa saja seseorang merasakan panas dingin tapi suhu tubuhnya normal.  

(Foto: the conversation)

YesDok Ads