Meski diet secara umum dilakukan untuk menurunkan berat badan, dalam penerapannya diet yang dilakukan setiap orang pasti berbeda. Hal ini dikarenakan diet yang dijalani tidak bisa disamakan antar orang lain dan harus menyesuaikan kondisi masing-masing. Dengan kata lain, bukan Anda yang mengikuti jenis dietnya. Jenis diet yang dilakukan oleh seseorang dan berhasil, belum tentu memberikan hasil yang sama pada Anda.

Salah satu diet yang popular dikalangan masyarakat adalah diet keto. Diet keto adalah dimana seseorang akan menghindari asupan karbohidrat secara ekstresm dan menggantikannya dengan lemak. Asupan karbodihrat seperti nasi, kentang, bahkan nasi merah tidak boleh dikonsumsi selama diet. Orang yang menjalani diet keto dianjurkan untuk mengonsumsi daging, ikan dan makanan yang berminyak, serta tinggi protein nabati dan hewani.

Pelaku diet keto harus mengonsumsi makanan tinggi lemak agar terjadi proses ketosis rata-rata hingga 80% dari total kebutuhan energi dalam sehari. Namun sayangnya tidak semua orang dapat melakukannya. Anda harus berhenti diet keto bila dalam melakukannya Anda muncul gangguan pernapasan seperti napas berbau aseteon atau pembersih cat kuku. Serta gejala lainnya seperti pusing, mual, muntah, sembelit, BAB berdarah hingga wasir.

Bagi Anda yang memiliki kadar LDL dan asam uratnya makin tinggi, maka sebaiknya menghentikan diet ini. Diet keto juga harus segera dihentikan jika mengganggu aktivitas Anda, terjadinya gangguan pada siklus menstruasi pada wanita, infeksi akibat terbentuknya batu di saluran kemih, dan gangguan elektrolit seperti irama jantung yang tak beraturan dan kram otot

 Efek samping yang kurang nyaman ini muncul akibat diet yang dilakukan terlalu ekstrem dan biasanya gejala timbul diawal Anda melakukan diet keto. Para ahli menyarankan diet keto ini tidak dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Idealnya, diet keto tidak dilakukan lebih dari tiga bulan. Diet ketogenik sebaiknya hanya dilakukan dalam waktu singkat yaitu 2-4 minggu saja.

(Foto: Nursingcenter)