Studi: Sindrom Metabolik Dikaitkan dengan Risiko Stroke Kedua

August 05, 2021 | Iman

Kelebihan lemak perut

Orang dengan lingkar pinggang yang lebih besar, tekanan darah tinggi dan faktor risiko lain yang membentuk sindrom metabolik mungkin berisiko lebih tinggi untuk mengalami stroke kedua. Temuin ini berdasarkan analisis jurnal medis American Academy of Neurology yang masih ditelaah lebih jauh.

Temuan analisis diterbitkan dalam edisi online NeurologySindrom metabolik didefinisikan sebagai memiliki kelebihan lemak perut ditambah dua atau lebih dari faktor risiko berikut: tekanan darah tinggi, trigliserida lebih tinggi dari normal (sejenis lemak yang ditemukan dalam darah), gula darah tinggi dan low high-density lipoprotein (HDL) kolesterol, atau kolesterol "baik".

"Penelitian telah menunjukkan hasil yang bertentangan tentang apakah sindrom metabolik, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke pertama, juga meningkatkan risiko stroke kedua hingga kematian,” kata penulis studi. Tian Li.

Menurut Li, temuan ini akan membantu orang dengan sindrom metabolik dan penyedia layanan kesehatan mereka tahu bahwa mereka harus diskrining untuk risiko stroke berulang dan diberikan perawatan pencegahan.

Untuk risiko kekambuhan stroke, meta-analisis menggabungkan hasil dari enam studi dengan 11.000 peserta yang diikuti hingga lima tahun. Selama waktu itu, 1.250 orang mengalami stroke kedua.

Analisis menemukan bahwa orang dengan sindrom metabolik 46 persen lebih mungkin mengalami stroke kedua daripada orang yang tidak memiliki sindrom tersebut.

Melihat setiap komponen sindrom metabolik, para peneliti menemukan bahwa memiliki kadar kolesterol baik yang rendah dan memiliki dua atau lebih komponen sindrom dikaitkan secara independen dengan peningkatan risiko stroke kedua.

YesDok Ads

Memiliki kelebihan lemak perut, gula darah tinggi dan tekanan darah tinggi tidak terkait dengan peningkatan risiko stroke kedua sendiri.

Untuk risiko kematian dari penyebab apa pun, meta-analisis menggabungkan delapan studi dengan 51.613 orang yang diikuti hingga lima tahun. Selama waktu itu, 4.210 orang meninggal.

Orang dengan sindrom metabolik 27 persen lebih mungkin meninggal selama penelitian dibandingkan orang tanpa sindrom tersebut. Tak satu pun dari komponen individu dari sindrom ini secara independen terkait dengan peningkatan risiko kematian.

Orang dengan sindrom metabolik harus mengambil langkah-langkah untuk mengubah risiko stroke kedua.

“Mengubah risiko tersebut seseorang perlu memperbaiki diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup yang direkomendasikan seperti berhenti merokok," Li menambahkan.

(Foto : pixabay)

YesDok Ads