Studi: Antisipasi Jumlah Kehamilan tak Terduga

May 10, 2020 | Iman

Ibu hamil

Covid-19 masih menjadi pandemi. Kondisi ini memaksa negara menerapkan karantina wilayah (lockdown) atau sekadar pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Terkait lockdown, Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) ingatkan kemungkinan lonjakan tujuh juta angka kehamilan jika pandemi ini berlangsung hingga akhir tahun. 

Studi tersebut mengevaluasi dua cara pandemi ini dapat berkontribusi pada lebih banyak kekerasan berbasis gender. Pertama adalah melalui gangguan dalam program-program untuk mencegah kekerasan dan memberikan layanan, perawatan dan dukungan bagi para penyintas. 

Yang kedua adalah melalui peningkatan total tindakan kekerasan karena lockdown membuat seseorang dirugikan karena berada di rumah lebih lama dengan pelaku kekerasan rumah tangga karena tekanan ekonomi. 

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa jika lockdown diperpanjang tiga bulan kedepan memicu 15 juta kasus kekerasan berbasis gender.

Data mencatat bahwa lebih dari 47 juta wanita di lebih dari 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia saat ini menghadapi risiko pelecehan seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan selama lockdown akibat pandemi.

YesDok Ads

Direktur Eksekutif UNFPA, Natalia Kanem mengatakan, Dampak Covid-19 ternyata lebih dalam secara global. Pandemi ini memperluas risiko perempuan dan anak kehilangan kesempatan atas kesehatan dan masa depan mereka.

Studi PBB ini menemukan fakta bahwa pandemi corona dapat menyebabkan sekitar 7 juta kehamilan yang tidak diinginkan dan membuat 47 juta wanita tidak dapat mengakses kontrasepsi modern.

Secara global pandemi ini telah memperdalam ketidaksetaraan, perempuan dan anak yang kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh dan kesehatan mereka.

Laporan UNFPA lebih lanjut menyatakan bahwa lockdown dalam jangka waktu lama akan sangat mengganggu upaya program kesejahteraan perempuan dan anak-anak. Lonjakan yang parah dalam jumlah kasus di tahun-tahun mendatang tentu juga harus diantisipasi.

(Foto: healthline)

YesDok Ads