Sederet Manfaat Berpuasa untuk Kesehatan

May 07, 2019 | Dina

Kedatangan bulan suci Ramadan menjadi momentum penting bagi seluruh umat muslim. Bagi seorang muslim, mempersiapkan diri secara kesehatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan, mengingat selama satu bulan seseorang akan menjalani ibuadah puasa.

Mungkin sebagian dari kita menjalankan ibadah puasa tanpa mengetahui lebih dalam, manfaat berpuasa untuk kesehatan tubuh ini. Rasulullah Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Berpuasalah, maka engkau akan sehat (HR. Thabrani)”.

Para pakar nutrisi dunia mendefinisikan puasa atau kelaparan (starvasi) sebagai pantangan mengkonsumsi nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat. Sehingga puasa memiliki perbedaan dibandingkan starvasi biasa.
Para ahli kedokteran dan kesehatan sejak zaman dahulu sampai sekarang juga berusaha mengungkapkan manfaat dari menjalankan ibadah puasa untuk kesehatan manusia. Seperti yang dari berbagai sumber, berikut manfaat menjalankan ibadah puasa bagi tubuh manusia:

Menjaga keseimbangan tubuh

Keseimbangan anabolisme dan katabolisme Berbeda dengan kelaparan atau starvasi dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa Ramadan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari.

Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat buka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen.

Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan Ramadan, fungsi hati masih aktif dan baik.

Membuang zat racun (detoksifikasi) secara optimal

Dokter Yahmin Setiawan, Direktur Utama Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa mengatakan, ketika seseorang menjalankan ibadah puasa selama 12-14 jam, sesungguhnya tubuh kita dapat melakukan proses detoksifikasi (pembuangan zat-zat / racun yang tidak diperlukan tubuh) secara optimal.

Proses detoksifikasi ini berlangsung secara optimal karena organ tubuh tidak dibebani untuk mengolah makanan yang kita masukan waktu siang hari atau cemilan lainnya. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan lagi dalam tubuh kita (sisa dan sampah hasil metabolisme tubuh) seperti gula, kholesterol, trigleserida dan garam dapat dibuang dengan optimal sehingga tidak menimbulkan penyakit kencing manis dan darah tinggi.

Mengurangi potensi stroke

YesDok Ads

Dokter Yahmin menambahkan, orang yang menjalankan ibadah puasa, dituntut dan dibiasakan untuk lebih sabar atau tidak mudah marah. Dengan lebih sabar, sesungguhnya kadar zat kathekolamin dalam tubuh kita akan rendah. Apabila kadar zat kathekolamin dalam tubuh kita tinggi, akan berakibat terjadinya peningkatan tekanan darah karena denyut jantung akan meningkat, pembuluh darah akan menyempit dan alirannya akan terhambat. Dengan tekanan darah yang semakin tinggi akan menyebabkan kemungkinan terjadinya stroke.

“Dengan lebih sabar dan terus berdzikir kepada Allah Swt, sesungguhnya akan merangsang sistem imun atau kekebalan tubuh kita menjadi lebih kuat. Sehingga kita menjadi tidak mudah menjadi sakit,” terangnya.

Bermanfaat untuk jantung

Beberapa penelitian menyebutkan sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang mencolok saat berpuasa dibandingkan saat tidak berpuasa. Puasa Ramadhan tidak mempengaruhi secara drastis metabolisme lemak, karbohidrat dan protein. Meskipun terjadi peningkatan serum uria dan asam urat sering terjadi saat terjadi dehidrasi ringan saat puasa.

Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1. Penurunan LDL sendiri ternyata sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Beberapa penelitian "chronobiological" menunjukkan saat puasa Ramadhan berpengaruh terhadap ritme penurunan distribusi sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol, melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan yang meskipun ringan tersebut tampaknya juga berperan bagi peningkatan kesehatan manusia.

Memperbaiki sensitivitas insulin

Puasa terbukti memiliki efek positif pada sensitivitas insulin, hal tersebut memungkinkan tubuh untuk mentolerir karbohidrat (gula) lebih baik daripada jika tidak berpuasa. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa setelah berpuasa, insulin menjadi lebih efektif dalam memberitahu sel untuk mengolah glukosa dalam darah.

Dapat memperbaiki fungsi otak

Puasa terbukti dapat meningkatkan fungsi otak. Hal ini terjadi karena puasa meningkatkan produksi protein yang disebut brain-derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF ini akan mengaktifkan sel induk otak yang diubah menjadi neuron baru, dan memicu produksi senyawa kimia lain yang bisa meningkatkan kesehatan saraf. Protein ini juga melindungi sel-sel otak dari gangguan yang terkait dengan penyakit Alzheimer dan Parkinson.

(foto: Brainfact)

YesDok Ads