Mungkin Transient Tachypnea of Newborn terdengar asing di telinga Anda. namun, Transient Tachypnea of Newborn merupakan gangguan pernapasan yang pada umumnya terjadi pada bayi baru lahir. Sekitar 1% atau 4-6 dari 1000 bayi baru lahir mengalami kondisi ini dan umumnya menghilang setelah mendapatkan penanganan khusus.

Gejala Transient Tachypnea of Newborn muncul setelah enam jam setelah persalinan. Kondisi bayi yang bernapas cepat ini sebenarnya hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Kurang dari 24 laju napas bayi akan normal. Transient Tachypnea of Newborn lebih rentan dialami oleh bayi yang lahir melalui proses persalinan caesar. Dimana bayi tidak melewati jalan lahir untuk mengeluarkan cairan yang berada di paru-paru.

Selain itu, bayi laki-laki, bayi yang terlahir prematur serta bayi yang memiliki riwayat asma dalam keluarganya, bayi yang lahir dengan berat badan besar lebih dari empat kilogram, dan lahir dari ibu yang memiliki riwayat diabetes berpotensi mengalami Transient Tachypnea of Newborn.

Indikator yang digunakan untuk mendiagnosis Transient Tachypnea of Newborn adalah setelah ditemukan gejala, dokter akan melakukan rontgen paru-paru untuk mengetahui letak sisa cairan tersebut. Umumnya bayi yang mengalami Transient Tachypnea of Newborn akan ditemukan bercak cairan di paru-parunya. Lalu akan dipasangkan alat sensor oksigen pulse-oximetry yang dipasangkan pada jari tangan atau kaki untuk mengetahui kadar oksigen yang masuk ke paru-paru. Serta cek darah untuk mengetahui adanya infeksi atau tidak.

Pengobatan utama Transient Tachypnea of Newborn memberikan kadar oksigen tambahan. Bayi yang mengalami Transient Tachypnea of Newborn akan kesulitan bernapas dan menganggu proses menyusui, maka dari itu bayi dengan kondisi ini akan dipasangkan infus berisi cairan pemberian nutrisi. Bila dicurigai munculnya infeksi, maka bayi akan diberikan antibiotik. Pada kasus berat maka bayi dapat membutuhkan bantuan ventilator, namun ini jarang terjadi.

(Foto: The Indian Express)