Penerapan Social Bubbles di Era New Normal, Efektifkah?

June 21, 2020 | Aqiyu

Social bubbles

Belum ditemukannya vaksin untuk menyembuhkan orang yang positif terpapar virus corona, memaksa orang-orang diseluruh dunia untuk melakukan karantina hingga lockdown. Namun seiring berjalannya waktu, banyak negara dengan angka terinfeksi masih tinggi telah melonggarkan lockdown, termasuk Indonesia.

Selama lockdown atau PSBB banyak orang yang tidak dapat bertemu bahkan berinteraksi langsung. Dengan dilonggarkannya lockdown dan masyarakat mulai beraktivitas kembali dengan catatan menerapkan protokol kesetahan. Agar dapat beraktivitas normal namun tetap mengidahkan kesehatan bersama.

Di era new normal ini, muncul istilah social bubbles ditengah masyarakat. Social bubbles ini telah diterapkan dibeberapa negara salah satunya New Zealand. Social bubbles adalah suatu kelompok yang berisikan 10-12 orang, seperti yang dilansir Sky News. Kelompok atau grup ini bisa menentukan siapa yang ingin ditemuinya dan harus terus menjadi grup.

Adapun syarat social bubbles lainnya adalah:

YesDok Ads

  • Grup terdiri dari maksimal 12 orang.
  • Grup ini tidak diperbolehkan berinterkasi dengan orang lain selama tiga minggu ke depan.
  • Pertemuan grup bisa dilakukan diluar rumah seperti taman.
  • Orang rentan atau lanjut usia tidak diperbolehkan membentuk grup.
  • Tetap menjaga kebersihan dan kesehatan.

Social bubbles ini dinilai banyak positifnya dibandingkan lockdown. Karena menurut Dr. Nancy E. Gin, perkumpulan dengan orang yang itu-itu saja dapat memperkecil risiko terinfeksi. Serta bisa lebih cepat mendeteksi siapa silent carrier yang membuat orang terinfeksi Covid-19.

Di New Zealand berhasil membuat pasien Covid-19 menjadi nol. Tak heran, jika social bubbles ini disetujui untuk diterapkan oleh associate professor departemen epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Stefan Flasche. Social bubbles hingga kini dianggaps ebagai cara paling efektif untuk diterapkan di era new normal yang tetap mengutamakan pemutusan rantai penyebaran virus yang menyerang sistem pernapasan ini. 

(Foto: sky news)

YesDok Ads