Pandemi COVID 19 Berpotensi Membuat Kasus Campak pada Anak Meningkat

November 16, 2021 | Helmi

ilustrasi campak

Para ahli khawatir jika pandemi berlanjut, wabah infeksi yang disebabkannya pada anak-anak tidak dapat dihindari.

Virus yang ada dapat menjadi ancaman di seluruh dunia di tengah pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, dan anak-anak adalah kelompok yang paling berisiko tertular. 

Pusat Pencegahan Pengendalian Penyakit (CDC) mengatakan bahwa pandemi telah menyebabkan kesenjangan kritis dalam program vaksinasi terhadap campak. 

Dengan demikian, sementara kasus infeksi campak sebagian besar telah turun selama pandemi, ada risiko wabah yang meningkat di masa depan karena kemajuan menuju eliminasi campak juga menurun.

Pada tahun pertama pandemi, yaitu pada tahun 2020, lebih dari 22 juta bayi di Amerika Serikat melewatkan dosis pertama vaksin campak karena lockdown dan penghentian sementara. Angka tersebut dikatakan 3 juta lebih banyak dari yang tercatat pada 2019.

Campak adalah infeksi pada masa kanak-kanak yang disebabkan oleh virus rubeola. Penyakit ini sebelumnya sangat umum, tetapi vaksinasi membantu mengendalikan penyebarannya dan bahkan menurunkan kejadiannya pada anak-anak di banyak bagian dunia.

Infeksi campak bisa serius dan bahkan fatal. Namun, tingkat kematian telah menurun secara signifikan sejak vaksin campak mulai diluncurkan. 

Tanda dan gejala infeksi biasanya mulai bermanifestasi sekitar 10 hingga 14 hari setelah terpapar virus. 

“Sejumlah besar anak-anak yang tidak divaksinasi, wabah campak, dan deteksi dan diagnosis penyakit yang dialihkan untuk mendukung tanggapan COVID-19 adalah faktor yang meningkatkan kemungkinan kematian terkait campak dan komplikasi serius pada anak-anak,” kata Direktur Imunisasi Global CDC Kevin Cain, MD.

Setelah temuan baru-baru ini tentang risiko wabah campak yang terjadi di seluruh dunia di tengah pandemi, para ahli mendesak negara-negara untuk memperkuat program imunisasi mereka untuk anak-anak. Dengan cara ini, ancaman wabah campak yang meluas sangat berkurang.

“Sangat penting bagi negara-negara untuk memvaksin COVID-19 secepat mungkin, tetapi ini membutuhkan sumber daya baru sehingga tidak mengorbankan program imunisasi penting. Imunisasi rutin harus dilindungi dan diperkuat,” kata direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi Organisasi Kesehatan Dunia Dr. Kate O'Brien.

“Jika tidak, kita berisiko menukar satu penyakit mematikan dengan yang lain,” pungkas O’Brien.

YesDok Ads