Pandemi Belum Usai, Kesehatan Mental Anak Terus Mengintai

November 02, 2020 | Aqiyu

anak mengalami stres

Virus corona yang menjadi pandemi dalam beberapa bulan belakangan ini belum juga mereda. Bahkan di Indonesia sendiri angka orang yang terkonfirmasi masih sangat tinggi. Menurut data per tanggal 30 Oktober 2020, tercatat sebanyak 406.945 orang terkonfirmasi, 334.295 orang yang sembuh dan angka kematian akibat virus corona mencapai 13.782 orang.

Pandemi virus corona bukan hanya menjadi masalah di bidang kesehatan dan berimbas pada ekonomi negara saja, tetapi dampak negatifnya juga mengancam kesehatan mental anak. Kekhawatiran yang ditimbulkan akibat virus corona tidak serta merta hanya dirasakan oleh orang dewasa, anak-anak pun bisa merasakan kecemasannya. Sebuah survey yang dilakukan Parent Together Action (PTA), mengungkapkan fakta mengenai masalah kesehatan mental yang melanda anak-anak saat pandemic.

Seperti yang dilansir dari laman Mother and Baby, menurut laporan PTA, sekitar 70 persen anak dilaporkan mengalami perasaan negatif selama pandemi seperti sedih, panik dan bingung. Di bulan ini, survey ini juga menyebutkan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang memiliki penghasilan lebih rendah dapat dua kali lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental.

YesDok Ads

Dikatakan pula oleh ahli kesehatan jiwa anak Duke University, Robin Gurwitch, bahwa stres pada anak ditandai dengan perubahan fisiologis dan perubahan suasan hati. Adapun tanda-tanda si kecil mengalami stres atau masalah kesehatan mental adalah perilakunya kembali ke masa kecilnya seperti mengisap jempol atau mengompol. Timbul keluhan somatic seperti sakit kepala dan sakit perut tiba-tiba hingga penurunan napsu makan. Serta si kecil berperilaku lebih agresif dari biasanya.

Masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak selama masa pandemi juga membuat orang tua semakin stress. Mengutip American Psychological Association (APA), beberapa sumber stress pada orang tua selama pandemi meliputi 74 persen keluarga yang terkena covid-19, 74 persen respon pemerintah menangani pandemi, 74 persen rutinitas terganggu, 73 persen saat dirinya terinfeksi covid-19, 71 persen saat anaknya sekolah online, dan mengenai kebutuhan sehari-hari, karantina hingga akses kesehatan.

(Foto: the jakarta post)

YesDok Ads