Orang dengan Masalah Kesehatan Mental Rentan Terpapar Covid-19

February 25, 2021 | Helmi

stres

Orang dengan penyakit mental parah seperti skizofrenia dan gangguan depresi memiliki risiko lebih tinggi tertular virus corona baru dan meninggal akibat COVID-19.

Namun di sebagian besar negara, populasi berisiko ini tidak diprioritaskan untuk menerima vaksin COVID-19.

“Bukti ilmiah jelas bahwa COVID, dan penguncian yang diakibatkannya, menyebabkan kerugian yang signifikan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang parah, tetapi sangat sedikit negara yang menangani hal ini. Ini perlu diubah,” ujar  Hilkka Kärkkäinen, presiden dari Aliansi Global Jaringan Advokasi Penyakit Mental- Eropa (GAMIAN-Eropa).

Dalam sebuah studi baru, Kärkkäinen dan koleganya mengamati 20 negara Eropa untuk melihat bagaimana mereka memprioritaskan kelompok berisiko untuk vaksinasi COVID-19.

Mereka menemukan bahwa hanya Denmark, Jerman, Belanda, dan Inggris yang mengakui penyakit mental parah sebagai kondisi medis berisiko tinggi yang memungkinkan orang untuk divaksinasi lebih awal.

Sementara banyak kondisi medis fisik - seperti kondisi ginjal dan jantung, obesitas, dan diabetes tipe 2 - meningkatkan risiko COVID-19 yang parah, orang dengan penyakit mental yang parah juga berisiko lebih tinggi.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang didiagnosis dengan gangguan attention-deficit / hyperactivity, gangguan bipolar, gangguan depresi, atau skizofrenia lebih mungkin untuk tertular virus corona baru daripada orang tanpa penyakit mental yang parah.

Para peneliti berpikir ini mungkin karena orang dengan penyakit mental yang parah lebih cenderung bekerja di lingkungan yang tidak aman, tinggal di lingkungan kelompok yang penuh sesak, atau tunawisma - semua faktor yang meningkatkan peluang mereka tertular virus.

Satu studi di JAMA Network Open menemukan bahwa orang dengan penyakit mental parah satu setengah kali lebih mungkin meninggal akibat COVID-19, bahkan setelah para peneliti mempertimbangkan faktor lain seperti usia dan kondisi medis fisik.

Studi lain di JAMA Psychiatry menemukan bahwa orang di New York City dengan skizofrenia hampir tiga kali lebih mungkin meninggal akibat COVID-19 daripada orang tanpa skizofrenia.

Penulis penelitian menulis bahwa orang dengan skizofrenia mungkin memiliki perbedaan dalam sistem kekebalan mereka yang membuat mereka rentan terhadap COVID-19 yang parah. Atau obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia dapat memperburuk COVID-19.

YesDok Ads