Diet
+1

MSG Berpotensi Memberikan Manfaat Kesehatan

December 07, 2020 | Kaifia

MSG.

MSG (Monosodium Glutamate) adalah molekul sodium garam yang terkenal dapat menambah rasa ke makanan. 

Garam adalah salah satu 5 dari cita rasa dasar makanan.  

Anggapan masyarakat terhadap MSG sering dikatakan buruk bagi kesehatan dan mereka yang kerap memanggilnya “Chinese Restaurant Syndrome”. Sains tidak setuju hal itu.

Seberapa sering kita menghubungkan MSG dengan makanan chinese, senyawa yang terdapat di MSG sama sekali tidak melekat dengan makanan Chinese atau bahkan makanan Asia.

MSG adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia namun kita juga bisa memperolehnya melalui makanan.

Layaknya seperti asam amino lainnya, glutamat ini penting untuk membangun protein, dan itu juga membantu sel saraf mengirim sinyal ke sinyal lainnya.

Seperti rasa dasar lainnya, lidah dan perut kita memiliki reseptor umami. Hal ini meningkatkan kesukaan kita untuk sering mengonsumsi makanan seperti tomat, jamur dan keju tua.

Bahkan bayi juga menyukai MSG karena susu manusia umumnya kaya secara alami pada glutamat.

Namun MSG murni bukan suatu hal hingga tahun 1908 ketika seorang ahli kimia asal Jepang menyadari dasar yang terbuat dari rumput laut kombu di dalam soup memberikan rasa yang gurih dan enak yang dimana bukan berasal dari 5 rasa dasar tersebut.

Ia menyebut kristal tersebut dengan sebutan Ajinomoto, yang berarti adalah esensi rasa. Ajinomoto lalu dengan cepat terbesar di seluruh Jepang dan Tiongkok.

Penelitian telah menemukan bahwa umami berfungsi sebagai penyedap rasa, membuat sebuah harmoni antara rasa dan aroma serta menambahkan suatu dimensi ke keduanya.

Sebuah studi tahun 2007 yang dirilis oleh European Journal of Neuroscience, penelitian dari Universitas Oxford mengajukan diri 12 orang untuk menyesap minuman umami yang terdiri dari air, MSG, dan nukleotida sambil menghirup aroma sayuran.

Kedua minuman umami dan aroma sayuran tersebut dianggap rasa yang tidak menyenangkan dan hambar namun ketika dikombinasi, mereka tampaknya bisa dipersatukan.

Maksud dari studi ini yaitu pemetaan otak menunjukkan lebih banyak neuron yang terkait dengan rasa dan kelezatan.

Hingga saat ini banyak perusahaan dengan bangga menyatakan bahwa makanan mereka tidak mengandung MSG atau orang mengatakan itu akan memicu rasa sakit, banyak orang memiliki masalah lainnya yang telah mengakar, yaitu rasisme. 

Hal ini dimulai dari surat tahun 1968 kepada editor dari New England Journal of Medicine, menggambarkan penulisnya dan temannya yang disebut "Chinese Restaurant Syndrome" dan mengonsumsi makanan Chinese memasukkan penyakit serius seperti palpitasi jantung, kelelahan dan mati rasa. 

Ide tersebut menyebabkan sebuah bias pada sains yang didasarkan oleh asumsi bahwa “Chinese Restaurant Syndrome” adalah hal yang sebenarnya dan MSG tersebut penyebabnya. 

Penelitian terbaru menyimpulkan MSG ini memiliki kaitan dengan xenophobia dan rasisme. Sebuah investigasi bahwa MSG dapat berpotensi memberikan manfaat kesehatan sedang berlangsung bahwa mereka menyarankan MSG bisa meningkatkan nafsu makan pada orang lansia, mengurangi asupan kalori bagi seseorang yang ingin menurunkan berat badan dan membantu memberikan rasa dengan mengurangi natrium makanan.

(Foto: blog.uvahealth.com)

YesDok Ads