Mengenal Risiko Kesehatan dari Rokok Elektrik

February 02, 2022 | Iman

Rokok elektrik

Rokok elektrik merupakan salah satu jenis rokok yang relatif baru. Sejak ditemukan pada 2003, rokok elektrik telah digunakan oleh sekitar 68,1 juta orang di seluruh dunia pada 2020. 

Banyak pengguna rokok elektrik yang mengaku menggunakannya untuk membantu berhenti merokok atau sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok biasa. Namun, apakah rokok elektrik memang aman dan dapat membantu untuk berhenti beralih dari rokok biasa?

Secara umum, rokok tembakau mengandung 7.000 senyawa kimia dengan setidaknya 250 diantaranya bersifat racun dan karsinogenik atau menyebabkan kanker. Tembakau dan lebih dari 50 zat penyebab kanker ditemukan pada buangan asap rokok sehingga asap buangan rokok juga bersifat karsinogen. 

Oleh karena itu, asap rokok memberikan dampak yang sama besarnya terhadap perokok pasif. 

Sementara itu, belum banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dampak rokok elektrik terhadap perokok pasif. Walaupun rokok elektrik dikatakan relatif tidak berbahaya karena tidak mengandung tembakau, rokok elektrik juga tetap mengandung beberapa agen kimia beracun seperti nikotin, aerosol, dan partikel toksik halus lainnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan kanker. 

Setidaknya, terdapat 10 agen karsinogen aerosol yang telah ditemukan pada rokok elektrik antara lain timbal, formaldehida, toluene, asetaldehid, benzena, kadmium, isoprena, nikel, nikotin, dan N-nitrosonornikotin.

Selain efek beracunnya, sama seperti rokok biasa, rokok elektrik juga mengandung nikotin yang dapat memicu adiksi. Adiksi nikotin mudah untuk terjadi, berkembang dengan cepat, tetapi sangat sulit ditangani. Prosesnya dimulai dari terhirupnya asap tembakau ke tubuh, menyebar melalui aliran darah, melewati sawar darah-otak, dan segera menyebar di jaringan otak. Proses ini hanya memakan waktu dua sampai delapan detik. 

YesDok Ads

Nikotin akan berikatan dengan reseptornya di otak, yaitu reseptor kolinergik nikotinik, dan melepaskan dopamin yang membuat seseorang merasa hangat dan puas. Rasa nyaman ini membuat seseorang terdorong untuk mengonsumsi nikotin kembali.

Akibat dorongan tersebut, orang akan terus merokok sehingga tubuh akan terus-menerus terpajan nikotin dalam waktu lama dan membuat meningkatnya jumlah reseptor nikotin. Peningkatan jumlah reseptor ini membuat tubuh membutuhkan nikotin yang lebih banyak lagi dibanding sebelumnya. 

Apabila jumlah nikotin ini tidak terpenuhi, tubuh akan mengalami gejala-gejala withdrawal syndrome atau sakau. Inilah yang membuat seseorang sulit berhenti merokok. Namun, bila seseorang bisa mengurangi atau bahkan berhenti merokok, jumlah reseptor ini dapat menurun dan kembali ke keadaan semula sebelum merokok.

Terkait perannya sebagai salah satu usaha untuk membuat berhenti merokok, saat ini belum ada cukup penelitian untuk membuktikan bahwa rokok elektrik dapat membantu seseorang berhenti merokok.

Namun, penelitian yang ada masih berskala kecil sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan bahwa rokok elektrik dapat digunakan untuk membantu berhenti merokok.

Rokok elektrik tidak terbukti lebih tidak berbahaya dibandingkan rokok biasa. Jika Anda belum pernah merokok, sebaiknya jangan mulai merokok, termasuk rokok elektrik. 

(Foto : pixabay)

YesDok Ads