Korelasi Sakit Gigi dengan Prestasi Anak

March 22, 2019 | Dina

Sakit gigi memang terlihat lumrah jika dialami oleh anak-anak. Namun, tahukah Anda? Sering terkena sakit gigi rupanya memiliki pengaruh juga terhadap prestasi anak. Apakah alasannya? Berikut penjelasan dan hasil penelitian yang didapat YesDok dari siaran pers.

Drg. Ratu Mirah Afifah menuturkan sebuah survey yang dilakukan oleh salah satu brand pasta gigi ternama, menemukan banyaknya anak Indonesia yang mengalami keluhan sakit gigi selama satu tahun terakhir yaitu sebesar 64%, dimana 41% dari mereka menyatakan bahwa intensitas rasa sakitnya mencapai tingkat sedang hingga berat.

Sebagai orang tua, Anda pun harus tahu, bahwa masalah ini ternyata menyebabkan mereka menemui banyak kesulitan di sekolah, baik dalam meraih prestasi akademis maupun bersosialisasi.

Akibat sakit gigi, 37% anak mengaku harus absen dari sekolah dengan jumlah absen rata-rata dua hari per anak dalam setahun. Rasa sakit pun menyebabkan 29% dari anak-anak tersebut mengalami gangguan tidur sehingga terpaksa harus sekolah dalam keadaan mengantuk.

Didapati pula sebagian besar dari mereka sulit berkonsentrasi dan tidak bisa turut aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, akhirnya kemampuan mereka untuk menyerap materi pelajaran menjadi sangat terganggu.

Bahkan, kondisi lebih lanjut menurut Ayoe Sutomo, seorang psikolog anak dan keluarga, Anak-anak yang bermasalah dengan gigi dan mulut cenderung dua kali lebih rentan untuk mengalami krisis kepercayaan diri, kesulitan bersosialisasi bahkan menolak untuk memperlihatkan senyum mereka dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki gigi dan mulut yang sehat.

“Pada akhirnya, seorang anak akan punya keyakinan dan rasa percaya diri untuk melakukan banyak hal dan menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Apalagi saat ini anak tidak hanya dituntut untuk memiliki kecerdasan secara akademis namun juga kecerdasan interpersonal, yaitu bagaimana ia mampu bersosialisasi dan berkolaborasi dengan orang lain. Tentunya keduanya membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi.” ungkapnya.

Survey itu didapat dari hasil penelitian di delapan negara, yaitu Chili, Mesir, Perancis, Italia, Indonesia, Amerika Serikat, Ghana dan Vietnam. Survei ini melibatkan 4.094 anak berusia 6-17 tahun beserta orangtua mereka, dan di Indonesia sendiri survei dilakukan pada 506 anak.

YesDok Ads

Peran Orang Tua

Lantas bagaimana seharusnya peran orang tua dalam menanggapi persoalan ini? Survey tersebut juga rupanya juga menyoroti peranan orangtua dalam membiasakan anak mereka menjaga kesehatan gigi sejak dini.

Meskipun 90% dari orangtua di Indonesia yang terlibat di dalam survei ini mengaku bahwa anak-anak mereka sudah menyikat gigi dua kali sehari, tetapo 24% dari mereka memperbolehkan anak-anaknya untuk terkadang melewatkan sikat gigi pada malam hari – bahkan 21%nya menjadikan hal ini sebagai sebuah bentuk reward.

Belum lagi, 79% dari orangtua juga menyebutkan bahwa mereka baru mengajak anak mengunjungi dokter gigi saat masalah sudah timbul, bukan sebagai kunjungan rutin yang seharusnya dilakukan minimal 6 bulan sekali. Hal ini akhirnya menyebabkan anak-anak menjadi lebih rentan untuk mengalami sakit gigi.

Dampak dari hal ini pun terlihat pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dirilis beberapa waktu lalu. Dr. drg. R. M. Sri Hananto Seno, selaku Ketua PB PDGI menjelaskan, ”Saat ini, secara nyata gigi berlubang masih menjadi masalah besar bagi kesehatan gigi dan mulut anak Indonesia.

Data Riskesdas 2018 menujukkan bahwa hanya 2,8% masyarakat berusia tiga tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. Hal ini yang antara lain menyebabkan 90,2% anak Indonesia berumur 5 tahun memiliki masalah gigi berlubang, dengan indeks dmf-t atau jumlah rata-rata kerusakan gigi sebesar 8,1. Di kelompok usia selanjutnya yaitu anak berusia 12 tahun, terlihat data yang agak membaik dimana 72% dari mereka mengalami masalah gigi berlubang dengan indeks DMF-T sebesar 1,9.

Melihat fakta tersebut, edukasi untuk menjaga kondisi kesehatan gigi masih harus terus digalakkan oleh orang tua dan juga para guru pengajar. Rutinlah Anda mengajak anak untuk selalu memperhatikan kebersihan gigi, mulai dari bangun tidur, hingga ia kembali terlelap.

Tidak hanya itu, sebagai orang tua, Anda juga harus memberikan contoh dan informasi yang baik untuk merawat gigi. Semisal, membicarakan makanan apa saja yang bisa merusak gigi. Tuturkan lah dengan cara yang menyenangkan. Dengan begitu, si Kecil juga dapat menerima informasi tersebut dengan senang. [DFA]

YesDok Ads

Tag Terkait