Konsumsi Minuman Protein Picu Depresi

May 10, 2019 | Iman

Studi terbaru menunjukkan bahwa mengkonsumsi minuman protein secara berlebih berefek pada perubahan suasana hati dan mungkin persingkat harapan hidup. Dilansir dari Dailymail para peneliti di Universitas Sydney menemukan bahwa asam amino yang sama dalam minuman protein yang mendorong pembentukan otot buruk bagi kesehatan secara keseluruhan.

Namun sayangnya industri kesehatan dan kebugaran di AS meragukan hal ini. Para ilmuwan menemukan bahwa mengonsumsi terlalu banyak jenis protein yang sama berkontribusi pada kesehatan yang lebih buruk.

Karbohidrat adalah penyebab sejumlah perubahan tubuh yang kita tahu buruk bagi kesehatan secara keseluruhan. Mereka dapat berkontribusi pada penyimpanan lemak tubuh dan perubahan tidak sehat pada insulin. Sedangkan protein di sisi lain penting dalam membangun tulang, otot darah dan masih banyak lagi. Konsumsi protein berlebih dalam bentuk apapun sebenarnya bukan bagian ideal dari pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi bubuk protein dan suplemen bisa menjadi berbahaya. 

Minuman campuran atau bubuk protein bergantung pada protein yang disebut Branch Chain Amino Acids (BCAA). BCAA tidak hanya berefek samping langsung ke otot. Mengkonsumsi kandungan tersebut membuatnya mudah bersembunyi dan bekerja di sekitar kaleng darah. 

YesDok Ads

Di sana mereka bersaing dengan asam amino jenis lain seperti triptofan untuk mencapai otak. Tetapi keduanya memiliki efek yang berbeda, Yakni triptophan adalah kunci untuk produksi serotonin. 

Ketika BCAA terlalu tinggi dalam darah mereka dapat mencuri slot triptofan di otak, dan mengganggu serotonin di sana. Itu yang pada akhirnya dapat mengacaukan suasana hati Anda. Serotonin bukan hanya serum kebahagiaan, kita membutuhkannya dalam mengatur selera. Para ilmuwan bersikeras mengkampanyekan lebih baik mendapatkan asupan protein alami melalui beragam menu dari ayam, ikan, telur, kacang-kacangan.

"Apa yang telah ditunjukkan oleh penelitian baru ini adalah bahwa keseimbangan asam amino itu penting dalam memvarikasikan sumber protein," kata penulis penelitian Dr Samantha Solon-Biet.

(foto: vision.org)

YesDok Ads