Seks anal menjadi salah satu variasi dalam berhubungan seksual. Praktik ini disebut berisiko terjadi penularan penyakit. Namun dengan tindakan pencegahan yang sesuai, seks anal aman untuk dilakukan.
Namun, ada berbagai risiko potensial yang mungkin tidak ada dalam hubungan seks vaginal atau oral. Misalnya, anus tidak dapat melumasi dirinya sendiri secara alami untuk mengurangi ketidaknyamanan dan masalah terkait gesekan, seperti cedera kulit.
Peningkatan risiko infeksi bakteri
Mengganti kondom jika berpindah dari hubungan seks anal ke vagina guna menghindari perpindahan bakteri yang berbeda.
Anus tidak memiliki sel yang menciptakan pelumas alami seperti yang dimiliki vagina.Lapisan rektum juga lebih tipis dari vagina. Kurangnya pelumasan dan jaringan yang lebih tipis meningkatkan risiko robekan terkait gesekan di anus dan rektum.
Karena tinja yang secara alami mengandung bakteri melewati rektum dan anus ketika meninggalkan tubuh, bakteri berpotensi masuk ke kulit. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi kulit yang biasanya memerlukan perawatan dengan antibiotik.
Cara mengurangi risiko
Untuk meminimalkan risiko ini, seseorang harus mengambil beberapa tindakan pencegahan untuk mencegah kulit dari robek:
Sebuah artikel tahun 2016 dalam jurnal Sexually Transmitted Infections menunjukkan bahwa menggunakan air liur sebagai pelumas justru meningkatkan risiko terjadinya penularan. Menggunakan pelumas yang tersedia di pasaran jauh lebih aman.
COPYRIGHT ©2023 ALL RIGHTS RESERVED BY YesDok