Kenali Delirium, Gejala Baru Covid-19

December 14, 2020 | Aqiyu

delirium

Virus corona hingga kini masih mewabah di beberapa negara termasuk Indonesia. Update terkini menunjukkan bahwa trennya terus meningkat. Berdasarkan data covid.go.id per Sabtu 12 Desember 2020, total kasus berjumlah 611.631. sebanyak 501.376 orang sembuh dan 18.653 orang meninggal.

Gejala virus corona sejak kemunculannya hingga saat ini bisa dikatakan berkembang dan berbeda-beda. Bila diawal terjadinya wabah corona, gejala paling umum hanya batuk, pilek, dan demam tinggi. Namun ada pula gejala yang sedikit tidak umum meliputi rasa tidak nyaman dan nyeri, nyeri tenggorokan, diare, mata merah, sakit kepala, hilangnya indera perasa atau penciuman dan ruam kulit. Gejala serius yakni kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri dada atau rasa tertekan pada dada hingga hilangnya kemampuan berbicara dan bergerak.

Sedangkan gejala baru yang ditemukan adalah delirium. Studi terbaru pada bulan November ditemukan delirium sebagai salah satu gejala awal infeksi virus corona yang dialami oleh kelompok lanjut usia. Delirium merupakan gejala mental yang membuat penderita mengalami kebingungan parah yang tidak terhubungan dengan kenyataan, seperti bermimpi dan kesadarannya berkurang.

Delirium ini menjadi indikasi infeksi virus corona sebab diduga virus ini memengaruhi saraf pusat sehingga terjadi perubahan neurokognitif seperti sakit kepala dan delirium. Akibatnya, pasokan oksigen ke otak berkurang dan menimbulkan peradangan jaringan otak. Tidak heran, jika delirium dinilai sebagai tanda perburukan dari suatu kondisi medis tertentu seseorang.

YesDok Ads

Gejala delirium juga dibedakan sesuai dengan tingkat keprahannya, ada yang ringan hingga berat. Delirium bisa terlihat dari kondiis seseorag yang sulit dibangunkan saat tidur, tampak gelisah, dilanda kecemasan yang berlebihan dan mudah marah. Bila penderita covid-19 mengalami delirium harus segera mendapatkan perawatan karena delirium termasuk kondisi gawat darurat. Delirium yang tidak tangani dengan tepat dapat mengakibatkan pada kematian atau cacat jangka panjang.

Untuk penanganannya sendiri tergantung dari penyebab delirium. Misalnya, jika penyebab delirium adalah infeksi maka pengobatannya ditujukan untuk mengatasi infeksinya. Pengobatan delirium juga dapat dibantu dengan tindakan terapi.

(Foto: ennomotive)

YesDok Ads