Jangan Abaikan Gangguan Skizofrenia

October 10, 2020 | Iman

Skizofrenia

Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2015, penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar biasa dimana lebih 39 juta jiwa mengalami gangguan jiwa berat. 

Gangguan jiwa berat merupakan penyakit mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dengan respon emosional yang buruk. Kondisi tersebut sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau hambatan berpikir, yang disertai disfungsi sosial, yang dalam istilah kedokteran disebut Skizofrenia.

Orang awam yang mendefinisikan skizofrenia sebagai halusinasi, delusi, dan memiliki pikiran yang kacau. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Tetapi, diagnosis yang lebih tepat harus dilakukan oleh ahlinya karena harus mengikuti kriteria diagnostik tertentu. 

Gangguan skizofrenia sendiri memiliki 3 fase perjalanan klinis. Dimulai dari fase prodromal, yaitu fase awal terlihat gejala gangguan, seperti menarik diri dari lingkungan, konflik di tempat kerja, kesulitan berhubungan sosial, kurang mampu menjaga kebersihan diri. 

Pada fase ini intervensi medis sudah seharusnya dilakukan untuk mencegah kondisi menjadi lebih serius dan tingkat pulihnya lebih memungkinkan karena dengan penanganan yang tepat pasien skizofrenia bisa hidup mandiri dan aktif di tengah masyarakat. Untuk itu, kesadaran untuk melakukan deteksi dini dari keluarga pasien ikut menentukan masa depan pasien skizofrenia. 

Kemudian ada fase aktif, ditandai dengan kekacauan alam pikir, perasaan, tingkah laku. Pasien juga kesulitan membedakan kenyataan versus yang tidak nyata sehingga bicara menjadi kacau. 

Selanjutnya, fase residual, yaitu fase sisa dengan gejala-gejala lanjutan, seperti halusinasi atau waham (keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan), menarik diri, afek tumpul atau datar serta gejala lainnya namun tidak menonjol. Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala di atas seringkali terlihat tumpang tindih pada fase yang berbeda.

Gangguan skizofrenia tidak memandang usia, gender, atau status ekonomi. Namun, gejalanya lebih banyak terdeteksi pada saat usia remaja atau dewasa awal karena pada usia tersebut adalah masa pertumbuhan transisi menuju masa yang lebih matang dan banyak permasalahan yang mungkin belum mampu terselesaikan sehingga mental cenderung mudah rapuh.

Bila skizofrenia sudah terdeteksi sejak dini, para ahli menyarankan agar segera dirujuk ke psikiater atau psikolog untuk mendapatkan penatalaksanaan penanganan lebih lanjut.

Gangguan skizofrenia merupakan suatu perjalanan panjang bagi mereka yang mengalaminya. Penanganannya harus dilakukan sedini mungkin agar tidak terlambat, terlebih kemungkinan terjadinya kesembuhan akan lebih tinggi jika ditangani sejak dini.

Keluarga juga merupakan faktor penting  keberhasilan penanganan pengidap skizofrenia dan dapat mencari dukungan dengan bergabung bersama komunitas-komunitas pengidap ataupun keluarga pengidap skizofrenia. 

 

(Foto : pixabay)

YesDok Ads