Fakta Dibalik Konsumsi Cuka Apel

May 24, 2019 | Iman

Cuka apel boleh dibilang menjadi tren makanan saat ini. Cuka apel alias apple cider vinegar (ACV) diklaim memiliki banyak manfaat mulai dari menurunkan berat badan hingga penyerapan nutrisi. Tapi apakah sari apel benar-benar memiliki segudang khasiat? 

Sebagaimana dilansir laman Runners World, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ACV mendukung penurunan berat badan. Satu penelitian dari 39 orang dewasa menemukan bahwa mereka yang minum satu sendok makan ACV saat makan siang dan makan malam mengalami penurunan sembilan pound dalam 12 minggu, tetapi mereka juga mengurangi asupan 250 kalori setiap hari. 

Penelitian terbaru pada 2015 juga menemukan bahwa minum cuka apel meningkatkan kadar gula darah yang lebih sehat pada penderita diabetes tipe 2. "Peran ACV dalam menstabilkan gula darah didasarkan pada gagasan bahwa asam asetat dalam cuka memberikan efek anti-glikemik, yang berarti itu membantu menurunkan kadar glukosa darah setelah makan," jelas ahli diet olahraga Kelly Jones, M.S., R.D. 

ACV adalah jenis makanan yang difermentasi sehingga mengandung beberapa bakteri probiotik yang dapat bermanfaat bagi kesehatan usus. Jones pun menyebut jika belum ada bukti kuat yang mendukung gagasan bahwa meminum ACV membantu menyerap lebih banyak nutrisi dari makanan. "ACV juga tidak ada kaitannya dengan detoksifikasi sebab tubuh manusia sudah dilengkapi hati dan ginjal yang bisa mengeluarkan racun," kata Jones.

YesDok Ads

Konsumsi rutin cuka apel secara teoritis dapat mendukung upaya Anda untuk menjadi lebih ramping, asalkan diimbangi melakukan hal-hal seperti mengatur kalori dan meningkatkan tingkat aktivitas. Tetapi kebanyakan ahli masih skeptis tentang manfaat jangka panjang dari cuka apel. Sejauh ini ACV amat berguna bagi penderita diabetes tipe 2, jadi jika diri dalam keadaan sehat tidak terlalu terasa manfaat meminumnya. 

Fakta lain juga menyebut bahwa ACV memperburuk penyerapan kalium yang bisa mempengaruhi kinerja olahraga seseorang. Kalium adalah elektrolit yang hilang bersamaan dengan keringat. "Kalium memainkan peran dalam kontraksi otot bersama dengan natrium, dan kram dapat terjadi jika keduanya tidak seimbang," Jones menambahkan. 

(foto: barrierislandorganics.com)

YesDok Ads