Beberapa hari lalu, Kementerian Pertanian (Kementan) meluncurkan produk antivirus corona yang berbahan dasar dari eucalyptus. Produk antivirus ini merupakan hasil penelitian dari Balai Penelitian Rempah dan Obat (Balitro) Kementerian Pertanian.
Riset ini untuk membuktikan kemampuan beberapa tanaman herbal, termasuk membuktikan potensi tanaman eucalyptus sebagai antivirus terhadap beberapa virus lainnya. Selain virus corona, virus yang diuji termasuk virus influenza H5N1, Gammacorona dan Betacoronavirus Clade 2a sebagai model dari virus corona yang diuji secara in vitro.
Tahapan pengujian eucalyptus sebagai penangkal virus corona sudah sampai molecular docking, mencocokkan ke virus, dan sudah pula diuji pada sel terinfeksi virus itu di laboratorium. Hasilnya, sekitar 60-80 persen bisa membunuh virus corona tetapi bukan penyebab covid-19 da tergantung jenis virusnya.
Inovasi antivirus yang berbasis eucalyptus ini bisa dikatakan sebagai produk kekebalan tubuh dan tahan terhadap paparan virus setelah melewati uji in vitro dan in vivo sebelum akhirnya harus melalui uji klinis. Dalam tahapan uji klinis yang terakhir pun masih ada empat tahap dengan kisaran diujikan ke 100 orang. Eucalyptus ini dibuat prototipenya dalam beberapa bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, dan difuser.
Eucalyptus juga sudah popular di kalangan masyarakat karena tanaman ini sebagai penghasil minyak atsiri atau minyak essensial. Sedangkan tanaman eucalyptus sendiri diketahui ada sekitar 700 jenis di dunia dengan kandungan bahan aktif yang beragam. Namun, baru sekitar 300 jenis tanaman yang sudah diteliti atau dimanfaatkan untuk pengobatan. Pada eucalyptus sendiri kandungan utama cineol-18 memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus.
Selain itu, eucalyptus juga memiliki manfaat untuk melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, meredakan batuk, pilek dan bronchitis, meringankan asma dan sinusitis, disinfektan luka, penghilang nyeri sendi, mengurangi mual, memberikan efek tenang dan mencegah penyakit mulut. Terobosan ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah untuk mencegah paparan virus Covid-19.
(Foto: Healtline)
