Efek Jangka Panjang Dari Speech Delay Pada Anak

June 20, 2020 | Aqiyu

Speech delay

Perkembangan anak sangatlah penting bagi para orang tua. Salah satu perkembangan anak yang harus diperhatikan adalah perkembangan bicaranya. Tahap berbicara tiap anak berbeda, ada anak yang senang mengoceh mulai dari umur 5 bulan, tetapi ada pula anak yang cenderung diam.

Jangan sampai anak Anda tidak bawel atau cerewet pada anak seusianya. Bahkan pada usia 1-2 tahun biasanya si kecil sudah bisa menirukan kata seperti mama, papa dan beberapa kata lainnya. Kosakata si kecil harus bertambah seiring bertambahnya usia. Atau si kecil lebih senang menggunakan bahasa tubuh untuk mengungkapkan sesuatu.

Penyebab si kecil mengalami speech delay bisa dikarenakan adanya gangguan pendengaran, autis, lidah yang kaku, serta si kecil tidak mendapatkan stimulus yang baik dari orangtuanya. Keterlambatan berbicara kadang dialami dalam tumbuh kembang anak. Namun sayangnya, keterlambatan bicara ini bisa menimbulkan masalah perkembangan jangka panjang. Keterlambatan bicara ini biasanya terdeteksi saat si kecil berusia dua tahun. Adapun efek samping dari jangka panjang speech delay:

  • Anak mengalami kesulitan belajar.
  • Tingkat kecemasan anak lebih tinggi.
  • Anak cenderung tidak suka berteman atau bersosialisasi.
  • Gangguan bahasa akan menetap dalam waktu yang lebih lama.

Bila Anda melihat tanda-tanda keterlamabatan bicara dari si kecil, seegralah berkonsultasi dengan ahlinya baik dokter maupun psikolog. Jangan sampai Anda terlambat menanganinya karena gangguan bicara bisa memengaruhi masa depannya. Keterlambatan bicara pada anak juga dapat mengakibatkan anak memiliki masalah sosial dan emosional.

YesDok Ads

Cara mengatasi speech delay pada anak adalah selalu memberikan stimulasi perkembangan anak yang baik. Serta tepat waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan pada anak. Sehingga semakin cepat diketahui maka semakin berpeluang besar keberhasilannya.

Hal mudah yang dapat Anda lakukan untuk menstimulasi Anak berbicara adalah dengan mengajaknya berbicara terus menerus. Rutin membacakan buku, berbicara dengan jelas, serta merespon apapun ocehannya si kecil. Memberikan ponsel dan membiarkan anak menonton televisi bukanlah stimulus yang tepat.

(Foto: mindchamps) 

YesDok Ads