Seksual bagi suami istri adalah salah satu cara yang dapat mempererat hubungan dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Puncak dari hubungan seksual dalam memuaskan pasangan. Namun, untuk mencapai klimaks bukanlah perkara mudah bagi beberapa orang. Bahkan untuk menyenangkan pasangan, tidak sedikit orang yang rela berpura-pura mencapai orgasme. Padahal orgasme palsu memiliki dampak negatif.

Dampak negatif dari orgasme palsu diantaranya kesulitan mencapai orgasme sebenarnya. Karena pasangan Anda akan mengira bahwa Anda telah mencapai klimaks dan sudah cukup memuaskan. Hubungan seksual yang dilakukan akan terasa lebih hambar dan membosankan. Jika pasangan Anda mengetahui kebohongan mengenai orgasme tentu ia akan kecewa dan menghilangkan kedekatan emosional.

Menurut beberapa penelitian, para wanita diketahui lebih banyak melakukan orgasme palsu saat berhubungan intim dibandingkan pria. Memalsukan orgasme ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri pasangan. Bagaimanapun bentuk pasangan, ia ingin menunjukkan bahwa dia bisa menikmati seksual dan mencapai orgasme. Selain itu, orgasme selalu dianggap sebagai tolak ukur kepuasan, maka untuk memuaskan harus mencapai klimaks. Bahkan orgasme palsu dilakukan agar tidak ada anggapan punya kelainan karena sulit mencapai orgasme. Takut mengecewakan pasangan dan untuk cepat mengakhiri sesi bercinta.

Hubungan seksual bukan hanya soal orgasme. Banyak pasangan yang hubungannya tetap romantis dan kehidupan seksualnya tetap berkualitas tanpa orgasme. Saat Anda merasa ada yang kurang dari pasangan, solusinya adalah menjalin komunikasi dengan baik dan terbuka dengan pasangan. Untuk memperbaiki performa pasangan, Anda dapat memberitahu apa saja hal yang dapat membuat Anda bergairah, misalnya bagian tubuh mana yang dapat merangsang dan membantu Anda memudahkan mencapai klimaks.

Anda dan pasangan pun jangan ragu berkonsultasi jika berbagai cara telah dilakukan namun tidak kunjung mencapai orgasme dan untuk meningkatkan kualitas hubungan seksual. 

(Foto: gossip cop)