Soda diet sudah dikenal luas sebagai pengganti yang baik untuk minuman manis dan tinggi kalori. Minuman ini pertama kali diperkenalkan untuk membantu penderita diabetes menikmati minuman manis.

Produsen soda ingin umembantu orang menjauh dari kadar gula dan kalori yang tinggi. Soda diet menggunakan pemanis buatan seperti siklamat, sakarin, aspartam atau sukralosa. Karenanya timbul perdebatan mengenai efek kesehatan yang sebenarnya dari soda diet. Pakar kesehatan juga kerap mengajukan pertanyaan tentang penggunaan pemanis buatan dalam minuman tersebut.

Minum soda diet telah terbukti efektif untuk membantu orang mengurangi konsumsi minuman manis. Tetapi satu penelitian menunjukkan bahwa minuman rendah kalori masih bisa meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes dan obesitas.

Sejumlah kelompok peneliti juga tidak menemukan bukti bahwa diet soda dapat memberikan manfaat kesehatan langsung selain dari pengurangan asupan gula.

Efek Buruk Konsunsi Soda Diet Terlalu Banyak

Studi menunjukkan bahwa minuman seperti soda diet berpotensi memicu masalah kesehatan dengan merusak pembuluh darah. Para peneliti juga percaya konsumsi soda diet yang tinggi dapat menyebabkan peradangan kronis, sebagaimana dikutip dari Medical News Today.

Perubahan dalam tubuh ini dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang serius. Minum soda diet dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi: serangan jantung, demensia, tekanan darah tinggi, dan penyakit liver.

Penelitian sebelumnya memang tidak menemukan bagaimana minuman diet berkontribusi langsung terhadap penyakit. Tetapi sebuah penelitian pada 2012 menemukan bahwa soda yang menggunakan gula buatan memengaruhi cara otak mengambil rasa manis.

Para peneliti mengatakan soda diet dapat memengaruhi dopamin, neurotransmitter yang mendukung motivasi, dan kesenangan. Sementara buatan dapat membuat orang menginginkan lebih banyak makanan manis.

Tetapi ahli diet mengatakan ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan yang dapat mempengaruhi kesehatan peminum soda. Masalah kesehatan kronis juga dapat terjadi karena masalah berat badan berlebih dan gaya hidup yang hanya pasif saja.

(Foto: Healthline)