Cegah Anak Obesitas, Orangtua Bisa Lakukan Cara Ini

April 01, 2019 | Dina

Pada umumnya, para orangtua lebih tertarik jika anaknya terlihat berisi bahkan gemuk. Menurut padangan orang terdahulu, anak doyan makan dengan badan gemuk berarti anak sehat, begitu pula sebaliknya. Anak-anak yang cenderung memiliki tubuh ramping, acapkali dikatakan sebagai anak kurang gizi.

Melihat kondisi saat ini, pandangan tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarnya. Pasalnya, jika anak memiliki tubuh terlalu besar, atau kelebihan berat badan, justru bisa menimbulkan obesitas. Apakah obesitas itu? Apakah obestitas berbahaya? Bagaimana ciri dan penanganannya?

Dalam hal ini, YesDok akan memaparkan informasi seputar obesitas yang terjadi pada anak-anak.

Berdasarkan laporan penelitian gabungan tahun 2016 yang dilakukan oleh UNICEF, WHO dan ASEAN, Indonesia memiliki persentase yang sama untuk anak obesitas dan anak malnutrisi (gizi kurang/buruk), yaitu sebesar 12 persen.

Obesitas pada anak-anak terjadi ketika berat badan mereka jauh melebihi berat normal berdasarkan tinggi badan. Kondisi ini berbahaya karena membuat mereka berisiko tinggi mengidap penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, bahkan sampai mengalami stres.

Anak-anak mengalami kegemukan dan obesitas karena beberapa sebab. Penyebab paling umum adalah faktor genetik, kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Jarang terjadi kelebihan berat badan disebabkan oleh kondisi medis seperti masalah hormonal. Pemeriksaan fisik dan tes darah bisa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kondisi medis yang jadi penyebab obesitas.

Meski kegemukan terjadi turun-temurun dalam keluarga, tidak semua anak dari keluarga yang memiliki riwayat obesitas akan mengalami kegemukan. Anak yang orang tua atau saudara kandungnya kelebihan berat badan lebih berisiko menjadi kegemukan, tapi ini bisa berhubungan dengan perilaku keluarga seperti pola makan dan aktivitas kebiasaan. Terlalu banyak pemakluman dan memanjakan anak, menyebabkan mereka memiliki bentuk tubuh besar melebihi anak-anak normal seusianya.

Maraknya obesitas di abad ke 21 ini juga timbul karena maraknya teknologi yang semakin canggih memborbardir kehidupan anak-anak. Kebanyakan anak tidak aktif bergerak. Misalnya rata-rata anak menghabiskan sekitar 3 jam tiap hari untuk menonton televisi.

Anak usia kurang dari 6 tahun menghabiskan rata-rata dua jam sehari di depan TV, dengan menonton TV, DVD, atau video. Anak yang lebih besar dan remaja rata-rata 4,5 jam sehari menonton TV, DVD, atau video. Ketika komputer dan video games disertakan, waktu yang dihabiskan di depan layar meningkat menjadi 7 jam sehari. Anak yang menonton lebih dari 4 jam sehari lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan dibanding anak yang menonton selama 2 jam atau kurang. Tidak heran, TV di kamar tidur juga terkait dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan.

Risiko Penyakit Pada Anak Obesitas

Anak dengan obesitas berisiko mengalami sejumlah kondisi, termasuk:

  • Diabetes tipe 2, meski kondisi ini paling umum ditemukan pada orang dewasa, sekarang mulai terdiagnosa pada anak.
  • Kolesterol tinggi
  • Tekanan darah tinggi
  • Gangguan makan seperti bulimia
  • Penyakit jantung dini
  • Masalah tulang
  • Kondisi kulit seperti ruam panas, infeksi jamur, dan jerawat.
  • Masalah liver
  • Gangguan pernafasan, seperti jalan udara tersumbat dan restriksi pada dinding dada, yang menyebabkan sulit bernafas selama berolahraga.
  • Sleep apnea, kondisi ini menyebabkan kesulitan bernafas saat tidur. Juga menyebabkan dengkuran, sering terbangun, dan kualitas tidur yang buruk. Sleep apnea membuat orang dewasa merasa lelah dan konsentrasi buruk di siang hari.
  • Cardiomyopathy, yakni masalah pada otot jantung, terjadi ketika jantung harus berusaha lebih keras untuk memompa darah.

Cara Cegah dan Menangani

YesDok Ads

Bila Anda telah melihat ciri-ciri obesitas pada anak seperti, badan berukuran besar tidak sesuai umur, terdapat lipatan tubuh yang berlebih, dan alat kelamin anak laki-laki terlihat lebih kecil, sudah sepatutnya Anda waspada, dan melakukan pencegahan sederhana sebagai berikut:

Ubah Pola Makan

Pola makan yang teratur dapat menghindari obesitas pada anak. Anda sebaiknya menerapkan pola makan 3 kali sehari dalam porsi yang cukup. Tentu, porsi makan anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Kurangi jumlah  karbohidrat serta lemak, dan perbanyak asupan protein.

Pilih Cemilan yang Tepat

Orang tua biasanya tidak akan tahan melihat banyak camilan yang dijual di pasaran untuk diberikan kepada buah hatinya. Namun, tau kah Anda, jangan pernah memilih  cemilan yang sembarangan. Sebaiknya pilihlah snack yang rendah MSG atau bahan pengawet lainnya, karena makanan ini tidak sehat untuk perkembangan otak mereka. Selain itu, jatahkan mereka akan makanan yang memiliki rasa manis dan kadar lemak tinggi, seperti permen, minuman ringan bersoda, dan cokelat.

Bukan Anda tidak boleh memberikan, tetapi lebih baik membatasi agar tidak berlebih. Sebagai penyeimbang, coba Anda memilih cemilan bergizi seperti buah dan sayur yang telah diolah, roti gandum, kentang rebus, dan sebagainya. Di sinilah tugas orang tua untuk memperlihatkan kemampuannya, dalam mengolah makanan ringan sendiri di dapur.

Ajak Anak Beraktivitas Bersama

Seperti yang diuraikan di atas, generasi di abad ini lebih senang bermain di rumah dengan segala peralatan gawai yang sudah canggih. Namun, tau kah Anda? Jika si kecil kurang gerak, maka banyak akibat buruk yang akan menantinya.

Buatlah berbagai aktivitas menarik di luar ruangan. Tidak harus aktivitas atau olahraga berat, bermain di taman mencari matahari pagi sudah lebih dari cukup untuk mengeluarkan keringat si kecil.

Himbau Anak Tidur Teratur

Pola tidur yang tidak teratur juga dapat menjadi faktor penyebab anak bertumbuh menjadi obesitas. Kurangnya jam tidur pada anak akan berdampak pada perkembangan psikologis serta hormonalnya. Tetapkan kebiasaan pada pukul berapa anak seharusnya tidur dan juga pukul berapa sebaiknya anak bangun. Dengan mengetahui batasan tidur dan bangun, akan membuat anak lebih mudah beradaptasi saat mulai masuk sekolah atau play group. Lakukan kebiasaan di atas terus-menerus dengan konsisten hingga jam biologis anak mengikuti pola tidur yang sudah dibiasakan.

 

YesDok Ads

Tag Terkait