Sebuah studi menunjukkan mindfulness dapat membantu wanita yang sedang berusaha mengendalikan lekas marah, kecemasan dan depresi dalam masa menopause. 

Menopause adalah kondisi berakhirnya siklus menstruasi yang menandai akhir dari tahun-tahun reproduksi. Kebanyakan wanita mencapai menopause antara usia 45 dan 55 tahun. 

Wanita yang mengalami menopause cenderung alami hot flashes, perubahan suasana hati, kecemasan dan depresi.

Beberapa penelitian telah mengaitkan dampak positif dari mindfulness dengan peningkatan psikologis yang baik. 

Mindfulness merupakan salah satu jenis meditasi dimana seseorang melatih dirinya untuk memusatkan segala pikirannya tentang apa yang dirasakan saat ini.

Sekitar 1.700 wanita berusia antara 40 dan 65 tahun berpartisipasi dalam penelitian klinik kesehatan wanita Mayo Clinic di Rochester antara 1 Januari 2015 dan 31 Desember 2016.

Peserta mengisi kuesioner untuk menilai gejala mereka, tingkat stres yang mereka rasakan dan mindfulness. 

Hasilnya menunjukkan bahwa wanita dengan skor mindfulness yang lebih tinggi memiliki gejala yang lebih sedikit tetapi dampak dari mindfulness ini tidak sama pada semua gejala. Para peneliti tidak mengaitkan dampak positif yang dimiliki oleh mindfulness dengan gejala seperti hot flashes yang lebih rendah, misalnya.

Dr. Richa Sood, dokter penyakit dari Mayo Clinic, spesialis kesehatan wanita dan penulis utama studi ini, mengatakan bahwa alasan mengapa mindfulness tidak mampu berpengaruh pada gejala-gejala khusus yaitu karena gejalanya berkaitan dengan kepribadian individu tersebut. 

Mindfulness memang memiliki efek positif pada skor gejala untuk lekas marah, meringankan gejala depresi, dan kecemasan pada wanita separuh baya.

Sebagai kesimpulan, para peneliti mengatakan bahwa temuannya menunjukkan mindfulness bisa menjadi alat yang bermanfaat untuk membantu wanita yang memasuki periode menopause dan sedang berjuang mengendalikan gejala kecemasan dan depresi.