Awas, Jangan Percaya Mitos Migrain Ini!

December 23, 2021 | Claudia

Migrain

Tahukah Anda, satu dari tujuh orang di dunia menderita migrain? Meskipun penyebabnya masih tidak jelas, penelitian menunjukkan bahwa migrain disebabkan oleh kelainan genetik yang mungkin diturunkan dan mungkin juga tidak.

Migrain bisa melemahkan. Ini dapat memengaruhi aktivitas seseorang, kehidupan sosial, dan bahkan hubungannya dengan orang lain. Untuk itu, penting bagi orang-orang di sekitar pasien untuk memahami dampak migrain.

Ada beberapa mitos mengenai migrain yang masih beredar dan kerap dipercaya. Agar tak lagi terjebak mitos, maka Anda sebaiknya membaca ulasan ini:

Mitos: Penderita migrain mengalami sakit kepala parah

Migrain disebabkan oleh gangguan otak dan melibatkan lebih dari sekadar sakit kepala. Gejalanya bisa termasuk kepala berdenyut, mual, muntah, sensitivitas terhadap cahaya, suara, bau, dan gangguan visual yang mencakup lampu berkedip, efek zig-zag, dan dalam kasus yang parah juga menyebabkan kebutaan sementara. Jadi, penderita migrain umumnya tidak hanya mengalami sakit kepala, namun juga sederet gejala lain yang menyebabkan kelemahan.

YesDok Ads

Mitos: Migrain disebabkan oleh cokelat

Banyak orang dengan migrain menginginkan makanan manis sesaat sebelum serangan dimulai, dan bisa saja mereka menginginkan makan cokelat. Usai makan cokelat, serangan migrain muncul, sehingga cokelat menjadi kambing hitam dari kondisi ini. Padhal, bisa jadi serangan migrain sudah berlangsung bahkan sebelum makan cokelat. Pemicu migrain antara lain:

  • Stres
  • Dehidrasi
  • Melewatkan jam makan
  • Terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur
  • Konsumsi alkohol
  • Parfum
  • Cuaca lembap
  • Beberapa makanan seperti keju, buah jeruk, atau kafein

Mitos: Tidak ada obat untuk mengatasi migrain

Memang benar, bahwa tidak ada obat untuk migrain, namun ada sejumlah perawatan yang berfokus pada meredakan serangan migrain saat terjadi atau mencegah terjadinya serangan migrain.

(Foto: cureheadaches.org)

YesDok Ads