Bayi baru lahir belum bisa memberitahukan apa yang ia rasakan. Cara mereka berkomunikasi hanya lewat tangisan. Namun, tangisan yang dikeluarkan si kecil mengandung banyak arti, bukan hanya sekadar haus dan lapar.

Melalui tangisan, si kecil mencoba menyampaikan apa yang ia rasakan seperti lelah, bosan serta sakit. Untuk itu, para orang tua sebisa mungkin tidak mudah panik dan khawatir saat si kecil menangis.

Coba perhatikan karakter tangisan si kecil agar Anda dapat menenangkannya sesuai dengan kebutuhannya. Berikut arti tangisan si kecil:

"Aku lapar"

Saat bayi Anda lapar dan kemudian ia menangis, tangisannya bernada rendah, ritmis, dan berulang. Selain itu, si kecil akan menunjukkan tanda lapar lainnya, seperti rooting, mengecap, memasukkan jari ke mulutnya dan lainnya.

"Aku bosan"

Bukan hanya orang dewasa, si kecil juga bisa dilanda rasa bosan. Pada umumnya, jika si kecil bosan maka ia akan menangis. Tangisannya ini akan dimulai dengan ocehan yang lama-kelamaan berubah menjadi kerewelan dan menjadi tangisan marah jika ia dicuekin atau tidak direspon. Tangisannya akan reda dan langsung tenang saat ia digendong.

"Aku capek atau tidak nyaman"

Si kecil yang merasa lelah atau sedang tidak nyaman terhadap sesuatu, akan ditandai dengan nada tangisan merengek, sengau dan berulang. Jika ia mengantuk, biasanya disertai dengan gerakan menguap, menggosok mata atau menarik telinga.

"Aku kolik"

Kolik bisa terjadi pada si kecil berusia 0-6 bulan. Kolik membuat si kecil tidak nyaman karena tubuhnya menyimpan banyak gas yang menyebabkan perutnya kembung. Si kecil yang terkena kolik biasanya akan menangis terus menerus dan konstan terjadi selama tiga jam atau lebih dalam 3-4 hari seminggu dan di jam tertentu.

"Aku kesakitan"

Saat si kecil merasakan sakit, ia hanya bisa berkomunikasi melalui tangisan. Dimana tangisannya melengking dan durasinya biasanya sebentar. Namun hal ini tergantung pada sakit yang si kecil rasakan. Misalnya, terjadi saat vaksin. 

(Foto: paediatric foam)