Apakah Pengganti Garam Meningkatkan Kesehatan Jantung Anda? Inilah Menurut Para Ahli

September 09, 2021 | Iman

Garam

Garam merupakan komponen penting di setiap masakan. Akan tetapi pengunaan yang berlebih meningkatkan risiko kesehatan seperti tekanan darah tinggi, stroke, bahkan jantung. Beralih dari garam dapur ke pengganti garam dikaitkan dapat menurunkan risiko tersebut.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di New England Journal of Medicine mengaitkan hal ini. Penelitian ini melibatkan hampir 21.000 peserta dan berlangsung di 600 desa di lima provinsi di China.

Sekitar 72 persen peserta penelitian memiliki riwayat stroke, dan 88 persen memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Peserta diberikan pengganti garam gratis (sekitar 75 persen natrium klorida dan 25 persen kalium klorida) sebagai pengganti garam biasa dan disarankan untuk menggunakannya untuk semua masakan, bumbu dan pengawetan makanan.

Pengganti garam cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rumah tangga (sekitar 20 gram per orang per hari). Proyek ini didukung oleh National Health and Medical Research Council.

“Studi ini memberikan bukti bahwa itu efektif. Substitusi garam dapat digunakan oleh miliaran lebih dengan manfaat yang lebih besar,” kata peneliti utama studi, Bruce Neal.

Ada sebuah pertanyaan besar yang berasal dari penelitian ini adalah apakah itu berlaku di Amerika Serikat dan negara-negara lain di luar China.

“Meskipun saya berharap saya bisa mengatakan ya, tapi kasus lain bias juga tidak,” kata seorang ahli jantung dari Minneapolis AS, Elizabeth Klodas.

Ia mencatat bahwa sejak penelitian mengamati populasi berisiko tinggi, temuan ini mungkin tidak diterjemahkan ke populasi lain (misalnya, orang tanpa tekanan darah tinggi dan tidak ada stroke sebelumnya).

Faktor kelompok genetik atau budaya mungkin tidak diterjemahkan ke populasi lain. Misalnya hambatan untuk menurunkan asupan natrium di Amerika Serikat dan negara lain berbeda pengendaliannya.

Di pedesaan China, sebagian besar makanan dimasak ini yang membuat adanya pengendali natrium. Sedangkan, orang Amerika mengonsumsi jauh lebih banyak makanan yang sudah disiapkan dan diproses. Meski Klodas tak memungkiri natrium juga bisa bersembunyi hampir di mana saja.

Asupan natrium maksimum yang direkomendasikan adalah 2.300 miligram sehari. “Pengganti garam tidak akan banyak membantu Anda di sana,” kata Klodas.

YesDok Ads

Praktisi nutrisi lain, Kimberly Gomer menjelaskan bahwa meskipun secara teori pengganti garam akan menurunkan risiko kardiovaskular, tetap ada sesuatu yang harus dibayar di sana.

Kalium klorida sebagai pengganti menjadi masalah. Seiring bertambahnya usia, fungsi ginjal kita secara alami melambat.

“Ginjal kita adalah alat penyaringan kita. Jadi proses penuaan alami akan memperlambat laju filtrasi glomerulus (GFR), dan menempatkan potasium langsung pada makanan sebagai bumbu akan berdampak negatif.” Gomer lebih jauh menjelaskan.

Apa yang lebih baik?

Pada akhirnya kata Klodas, jawabannya bukanlah untuk mengetahui bagaimana memanipulasi kandungan natrium dari apa yang biasa kita makan, melainkan mengubah apa yang kita makan.

“Kami tidak pernah merekomendasikan pengganti garam itu, melainkan merekomendasikan rempah-rempah dalam meningkatkan rasa makanan,” kata Gomer.

Salah satu cara mudah untuk mengurangi natrium dalam makanan kita adalah dengan sengaja menambahkan makanan yang bebas natrium secara alami, termasuk semua buah dan sayuran segar.

Makan sepotong buah sebelum makan siang atau makan malam, misalnya, bisa menjadi cara untuk membantu menurunkan asupan natrium sekaligus meningkatkan asupan berbagai nutrisi bermanfaat, termasuk kalium.

Meskipun perlu waktu untuk penyesuaian, Gomer mengatakan hal positifnya sudah jelas.

“Lebih sedikit kembung, penurunan retensi air, penurunan berat badan, dan yang paling penting, penurunan tekanan darah pada mereka yang sensitif terhadap garam menjadi manfaat nyata,” Gomer menambahkan.

(Foto : pixabay)

YesDok Ads