Anjuran Menggunakan ACE inhibitor dan ARBs dalam Penanganan COVID-19

March 21, 2020 | Iman

Obat-obatan

Virus corona baru (Covid-19) telah menyebabkan pandemi di seluruh belahan dunia. Kepanikan tersebut lantas membuat 4 organisasi kardiologi terbesar dunia harus duduk bersama demi melawan virus berbahaya tersebut. 

Keempat organisasi tersebut yakni Dewan Masyarakat Kardiologi Eropa (ESC) tentang Hipertensi, American College of Cardiology (ACC), American Heart Association (AHA), dan Heart Failure Society of America (HFSA). Mereka menerbitkan pernyataan bersama yang salah satu intinya menyebut pasien penderita jantung rentan terhadap virus ini. 

Poin tersebut mengatakan jika dokter lebih memerhatikan kebutihan pasien dengan pengobatan ACE inhibitor (ACE-i) dan angiotensin receptor blockers (ARBs). 

ACE inhibitor adalah obat yang berfungsi untuk melemaskan pembuluh darah, sehingga meringankan kinerja jantung. Sedangkan angiotensin II receptor blockers (ARBs) adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menangani tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Pada dasarnya mereka sama hanya cara kerja sedikit berbeda. 

"Kami memahami keprihatinan tersebut karena telah menjadi jelas bahwa orang dengan penyakit kardiovaskular berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius termasuk kematian akibat COVID-19," kata Presiden AHA Robert A. Harrington.

Oleh karenanya para organisasi kardiologi tersebut amat menyarankan kembali jika dokter ingin membuat perubahan pada rejimen pengobatan baik ACE-i atau ARBs. Bahasan ini mengemuka lantaran marak gerakan di media sosial yang dimana ahli jantung menyarankan penghentian penggunaan ACE-i dan ARBs.

YesDok Ads

Dengan bukti angiotensin-converting enzyme 2 diidentifikasi sebagai reseptor fungsional untuk SARS-CoV-2, yang mengarah pada COVID-19, banyak yang mempertanyakan apakah pantas untuk menghentikan terapi yang disebutkan di atas. Kekhawatiran tersebut dikemukanan Dewan ESC tentang Hipertensi Giovanni de Simone menyusul keberhasilan penelitian pada hewan tentang manfaat untuk menjaga fungsi paru-paru dari penggunaan obat tersebut. 

Simone mengatakan masih dibutuhkan uji lebih jauh tentang protektif terhadap komplikasi paru-paru yang serius pada pasien dengan infeksi COVID-19. Sebab pengobatan dengan ACE-i atau ARBs baru teruji pada hewan. 

Senada dengan hal itu, Presiden HFSA Biykem Bozkurt mengatakan,  "COVID-19 termasuk gejala pernapasan, bukti terbaru menunjukkan beberapa pasien juga mungkin mengalami kerusakan kardiovaskular yang parah."

Maka keempat organisasi kardiologi sepakat menyarankan dokter tetap menggunakan ACE-i atau ARBs pada pasien COVID-19 yang memiliki riwayat kardiovaskular sambil menunggu penelitian dan evaluasi lanjutan. 

Konsultasi lebih jauh tentang masalah kesehatan Anda di YesDok. Aplikasi video online medis 24 jam. 

(Foto: Medicalnewstoday)

YesDok Ads