Hipertensi atau tekanan darah tinggi bukan hanya menyerang orang dewasa saja, melainkan bisa terjadi pada anak-anak.
Sementara obesitas (kegemukan) dan pola hidup kurang sehat anak menjadi faktor risiko anak mengalami penyakit hipertensi.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut, secara umum kejadian hipertensi pada anak berkisar 1 - 2%. Bahkan sebuah penelitian terhadap 5100 anak sekolah mendapatkan kejadian hipertensi sebesar 4,5%.
Peningkatan obesitas atau kegemukan pada anak terjadi karena prilaku kurang sehat, seperti:
- Terlalu banyak bermain gadget
- Anak kurang beraktivitas
- Banyak menonton televisi
- Makan dengan asupan tinggi kalori
- Makan dengan asupan tinggi garam
- Sering konsumsi minuman yang mengandung alkohol dan kafein
- Kebiasaan merokok
- Stres
- Kurang tidur
Apa pengaruh hipertensi pada anak?
Hipertensi pada anak bisa meningkatkan gangguan kesehatan kardiovaskular pada masa dewasa nanti, karena adanya pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).
Anak dengan hipertensi memiliki risiko hampir 4 kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada masa dewasa, dibandingkan dengan anak normal (tidak hipertensi).
Gejala Hipertensi pada anak
Pada bayi baru lahir:
- Sesak napas
- Berkeringat
- Gelisah
- Pucat
- Muntah
- Kejang
Pada anak lebih besar:
- Rasa lelah berlebih
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Sakit kepala
- Mual
Gejala hipertensi lainnya yang bisa dirasakan anak seperti penglihatan mendadak kabur, mimisan, nyeri dada, hingga kenaikan berat badan yang tidak normal.
"Anak usia 3 tahun atau lebih sebaiknya menjalani pemeriksaan tekanan darah, setidaknya setahun sekali sebagai tindakan pencegahan hipertensi pada anak," ujar dr. Deasy Fiasry, Sp.A, Dokter Spesialis Anak.