Ahli Temukan Manfaat Teh untuk Bantu Turunkan Tekanan Darah

March 16, 2021 | Helmi

minum teh

Ilmuwan di Universitas California, Irvine (UCI) dan Universitas Kopenhagen, Denmark, telah menemukan bahwa antioksidan dalam teh membuka saluran ion dan dapat mengendurkan otot-otot yang melapisi pembuluh darah.

Ini memungkinkan konsumsi teh dapat membantu menurunkan tekanan darah. Para peneliti ini melaporkan temuan mereka di jurnal Cellular Physiology & Biochemistry.

Penemuan ini disebut dapat membantu rancangan obat anti hipertensi yang lebih efektif, yang berpotensi meningkatkan kesehatan jutaan orang di seluruh dunia.

Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, mengontrol atau menurunkan tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah penyakit ginjal kronis, serangan jantung, gagal jantung, dan kemungkinan demensia.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa hampir setengah dari semua orang dewasa di Amerika Serikat menderita hipertensi. 

Diperkirakan pada 2018, kondisi tersebut berperan dalam kematian hampir setengah juta orang di negara tersebut.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 1 miliar orang di seluruh dunia mengidap hipertensi.

YesDok Ads

Studi baru pertama menunjukkan bahwa dua antioksidan dalam teh, yang dikenal sebagai katekin, membuka saluran protein di membran sel otot polos yang melapisi pembuluh darah. 

Hal ini memungkinkan ion kalium bermuatan positif meninggalkan sel. Saluran di sel saraf dan otot mempertahankan tegangan melintasi membran mereka dengan membiarkan ion negatif dan positif masuk dan keluar dengan cara yang terkendali. 

Para peneliti menemukan bahwa katekin dalam teh hijau mengaktifkan jenis saluran ion kalium tertentu, yang disebut KCNQ5.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa menghangatkan teh hijau hingga 35 derajat celcius meningkatkan aktivasi KCNQ5.

“Terlepas dari apakah teh dikonsumsi dengan es atau panas, suhu ini tercapai setelah teh diminum, karena suhu tubuh manusia sekitar 37 derajat celcius,” kata penulis studi senior Prof. Geoffrey Abbott, dari Departemen Fisiologi & Biofisika di UCI School of Medicine.

(Foto: click2houston)

YesDok Ads