Sebuah penelitian menemukan bahwa gangguan tidur ringan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi pada wanita. Kurang tidur memang selalu dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan, salah satunya adalah meningkatkan tekanan darah. Hal ini kemudian juga berdampak terhadap naiknya risiko kesehatan jantung.

Peneliti dari Columbia University Irving Medical Center di New York melakukan penelitian untuk menilai apakah masalah tidur dapat berpengaruh dan menyebabkan masalah kardiovaskular.

Para peneliti memutuskan untuk memfokuskan studi pada wanita. Ada beberapa alasan mengapa masalah tidur lebih sering terjadi pada wanita. Misalnya karena wanita lebih cenderung menjadi pengasuh bagi anak-anak dan juga lansia sehingga mereka kekurangan waktu untuk istirahat, atau karena para wanita juga mengalami pergeseran hormon baik yang berlangsung secara bulanan maupun di sepanjang hidup mereka.

Dan untuk mengetahui lebih lanjut, para peneliti bekerja sama dengan 323 partisipan wanita dengan rentang usia 20--79 tahun. Tak hanya menguji partisipan yang memiliki masalah tidur berat seperti sleep apnea, peneliti juga menguji masalah-masalah tidur yang lebih kecil seperti kualitas tidur yang buruk dan insomnia.

Jam tangan digunakan untuk memantau waktu tidur dari para partisipan. Mereka menemukan bahwa wanita yang menunjukkan masalah tidur ringan, atau bahkan mereka yang sudah memiliki waktu tidur yang cukup dan sesuai dengan yang dianjurkan, yakni 7--9 jam perhari, ternyata tetap memiliki risiko mengalami peningkatan tekanan darah.

Dengan kata lain, bahkan ketika waktu tidur sudah sesuai pada tingkat yang direkomendasikan, gangguan tidur masih bisa meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi. 

Para peneliti pun menarik kesimpulan bahwa gangguan tidur ringan seperti kualitas tidur yang buruk, atau seseorang yang butuh waktu lama untuk bisa tertidur, dan insomnia, dapat dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan bahkan peradangan vaskular pada wanita. Tak hanya itu, bahkan di saat Anda sudah mendapatkan waktu tidur yang cukup, risiko hipertensi masih tetap mengintai.

(Foto: health.com)