Akibat Jika Anak Sering Dibentak

April 12, 2019 | Dina

Marah pada anak yang melakukan hal salah itu wajar. Namun, jangan sampai Anda terlalu sering membentak. Sering membentak menimbulkan efek yang tidak baik pada perkembangan sikap anak. Ia bisa meniru Anda dan akan berteriak sesuka hati baik kepada Anda maupun orang di sekitarnya. Hal ini dingkapkan oleh Profesor bidang psikologi pendidikan di Universitas Pittsburgh, Penntsylvania, AS.

Berikut adalah akibat jika Anda terlalu sering membentak anak:

Anak menjadi minder

Terus menerus mendapat bentakan dari orang tua, apalagi disertai denga memberikan label negatif pada anak, akan membuat anak menjadi tidak percaya diri. Dirinya akan menyalahkan diri, bahkan menganggap dilahirkan sebagai anak yang tidak berharga.

Anak jadi lebih agresif

Bukannya menjadi penurut, balita yang sering mendapat bentakan dari orang tua akan cenderung menunjukan perilaku agresif dan tak segan berlaku kasar pada anak lainnya saat ia tumbuh besar. Misalnya, mencubit, menggigit, memukul, dan mendorong.

Mengacaukan proses berpikir anak

Sering dibantak membuat anak bisa merasa ketakutan. Ketika rasa itu datang, produksi hormone kortisol di otak pun akan meningkat. Pada anak-anak, tinggunya hormone kortisol akan memutuskan neuron atau sel-sel di otak.

YesDok Ads

Selain itu, akan tercadi percepatan kematian neuron atau apoptosis. Akibatnya, proses berpikir anak menjadi terganggu, anak tidak bisa menerima informasi dnegan baik, tidak bisa membuat perencanaan, hingga sulit mengambil keputusan.

Menjadi pribadi yang tertutup

Anak yang sering dibentak orangtuanya akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Bahkan tak perlu menunggu dewasa, bisa jadi ia mulai menutup diri sejak kecil. Ia tidak lagi menceritakan pengalamannya pada orang tua, lebih banyak diam, dan mudah tertekan. Bahkan meski orang tua tanyai terus-menerus, ia malah menganggapnya sebagai bentuk bentakan yang lain.

Berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying

Dampak terakhir, adalah dampak yang cukup mengkhawatirkan. Salah satu pemicu anak menjadi pelaku bullying adalah pernah atau sering mendapat perlakuan kasar dalam kesehariannya. Termasuk jika orang tua terbiasa membentaknya, ia lebih mudah meniru dan menjadikannya contoh mem-bully orang lain.

Selain menjadi pelaku, ada juga anak yang justru menjadi korban dari para pem-bully. Anak yang menjadi korban bully ini akan merasa bahwa perlakuan teman-temannya tersebut adalah bentuk pengungkapan perasaan marah yang sama juga dilakukan oleh orangtuanya ketika membentaknya.

Tentunya, Anda tidak ingin kan anak Anda bersikap demikian? Untuk itu sebaiknya Anda menghindari membentak sekalipun selagi Anda sedang marah. Bicaralah secara baik-baik bila anak Anda melakukan kesalahan, agar dirinya mengerti apa yang telah salah ia lakukan.

sumber foto: Pexels

YesDok Ads