Terapi Baru Migrain dengan Obat Erenumab

August 02, 2019 | Iman

Jutaan orang yang menderita migrain mungkin saat ini memiliki sumber harapan baru yaitu dengan hadirnya obat yang ditujukan untuk menangkal sakit kepala. Sebuah peneliti menemukan bahwa obat yang disuntikkan, yang disebut erenumab, dapat mencegah migrain jika perawatan lain gagal melakukannya. 

Sebelumnya, pengobatan untuk migrain saat ini sangat terbatas dan tidak spesifik mampu mencegah migrain berulang. Bagi pasien, migrain terasa lebih buruk dengan munculnya mual, muntah, sensitif pada suara dan cahaya, juga kelelahan. Para peneliti menjelaskan bahwa Erenumab bekerja dengan memblokir kimia "neurotransmitter" yaitu otak kunci yang mengirimkan sinyal-sinyal rasa sakit.

"Kami bekerja dengan sekelompok orang dengan migrain yang sulit diobati, studi menemukan bahwa erenumab mengurangi jumlah rata-rata sakit kepala migrain bulanan hingga lebih dari 50 persen," kata peneliti utama dari The Charite University Medicine Berlin di Jerman, dr Uwe Reuter dalam rilis berita dari American Academy of Neurology (AAN) dan dilansir dari laman WebMD.

Ia melanjutkan bahwa obat tersebut saat ini telah diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari Administrasi Makanan dan Obat di Amerika. Seorang pakar migrain AS pun sangat antusias dengan temuan ini. "Kami memiliki kelas obat baru yaitu erenumab, mungkin yang pertama berada di pasar yang memperlihatkan janji besar dalam mencegah serangan migrain," kata seorang ahli saraf tambahan di Lenox Hill Hospital di New York City, dr Randall Berliner.

Dr Berliner menjelaskan bahwa sebenarnya sudah lama dan penuh tantangan untuk menemukan obat-obatan yang yang dapat diandalkan untuk penderita migrain. Erenumab menargetkan untuk membunuh CGRP (calcitonin gene-related peptide), molekul yang berperan dalam timbulnya migrain. 

"Tubuh kita biasanya menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi, kanker dan benda asing lainnya yang dianggap berbahaya oleh sistem kekebalan tubuh. Tetapi para dokter dan ilmuwan telah belajar mengembangkan antibodi yang dapat menghilangkan benda asing yang menyebabkan penyakit seperti tumor, sel kekebalan abnormal, dan sekarang CGRP," papar dr Berliner.

Studi baru ini didanai oleh pabrik obat Novartis. Dalam penelitian mereka, tim dr Reuter menguji erenumab pada 246 orang dengan migrain yang resistan terhadap pengobatan.

Dari peserta ini, 39 persen sudah gagal untuk menanggapi dua obat migrain yang tersedia, 38 persen dirawat dengan tiga obat lain dan 23 persen telah mencoba empat obat berbeda untuk membantu mengendalikan migrain mereka.

YesDok Ads

Rata-rata, penderita migrain ini mengalami sembilan kali sakit kepala migrain setiap bulan dan mengonsumsi obat migrain akut untuk menghentikan serangan migrain lima kali setiap bulannya. Selama penelitian, setiap orang menerima suntikan 140 miligram erenumab atau dengan plasebo sekali per bulan selama tiga bulan.

Setelah tiga bulan, mereka yang diobati dengan erenumab sudah jarang menderita nyeri migrain dalam kesehariannya, dibandingkan dengan orang yang hanya mendapat plasebo. Pasien yang sakit kepala migrain pun berkurang setidaknya 50 persen dibandingkan dengan mereka yang diberi plasebo. Selain mulai jarang menderita migrain dalam kesehariannya, pasien pun sudah tidak rutin lagi mengonsumsi obat migrain akut.

Dari semua peserta, 30 persen dirawat dengan erenumab mengatakan frekuensi migrain mereka turun setengahnya. Hal yang sama berlaku hanya 14 persen pada kelompok plasebo.

"Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, hasil kami menunjukkan bahwa orang-orang yang mengira bahwa migrain sulit untuk dicegah saat ini memiliki harapan untuk menemukan penghilang rasa sakit," terang dr Reuter.

Menurutnya langkah selanjutnya adalah diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami siapa yang paling mungkin mendapat manfaat dari perawatan baru ini. "Penelitian yang lebih besar juga diperlukan untuk mengevaluasi keamanan jangka panjang dan efektivitas obat," imbuh dr Reuter.

Sementara itu Dokter dari Pusat Sakit Kepala di Neuroscience Institute Northwell Health di Great Neck, New York, Dr Noah Rosen mengakui dirinya setuju bahwa terlalu banyak orang menderita migrain karena kurangnya pencegahan khusus dan adanya efek samping dari banyak pilihan obat yang tersedia saat ini. 

"Jika kami dapat mencari tahu penderita migrain mana yang paling mungkin mendapat manfaat dari perawatan ini, itu juga akan memungkinkan kami memberikan perawatan secara lebih efektif," ungkap dr Rosen.

(Foto : keranews.org)

YesDok Ads