Mengenal Penyebab dan Gejala Difteri

December 25, 2022 | Iman

difteri

Difteri adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan atas dan tenggorokan. Kondisi ini menyebabkan selaput jaringan mati dan menumpuk di tenggorokan dan amandel. Akibatnya, penderita difteri mengalami kesulitan bernapas dan menelan.

Pada tahap lanjut, bakteri Corynebacterium diphtheriae dapat menghasilkan racun yang berisiko menimbulkan gangguan pada beberapa bagian tubuh lain, seperti kulit, jantung, hingga saraf. Bahkan, difteri berpotensi mengancam jiwa bila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Difteri adalah penyakit menular yang dapat menyebar melalui batuk, bersin, dan luka terbuka dari orang terinfeksi. Penyakit ini dapat menyerang orang dari segala usia dengan tingkat kematian sebanyak 20% pada penderita di bawah 5 tahun atau di atas 60 tahun.

Difteri kerap terjadi di negara-negara berkembang dengan tingkat vaksinasi yang rendah, termasuk Indonesia. Sejak tahun 2018, WHO melaporkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami peningkatan isu difteri.

Penyebab Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae yang dapat menular antar manusia melalui percikan air liur atau menghirup udara yang dihembuskan oleh orang terinfeksi. 

YesDok Ads

Gejala Difteri

Gejala difteri akan muncul 2-5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Selanjutnya, bakteri akan menyebar ke aliran darah dan menimbulkan beberapa gejala, seperti:

  • Terdapat lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan
  • Demam dan menggigil
  • Batuk
  • Gangguan penglihatan
  • Kulit pucat, berkeringat dingin, dan jantung berdebar cepat
  • Kesulitan bernapas
  • Mudah merasa lemas dan lelah
  • Lendir dari mulut atau hidung terkadang bercampur darah
  • Nyeri tenggorokan
  • Suara menjadi serak
  • Kebingungan saat berbicara hingga melantur

Pencegahan Difteri dengan Vaksin DPT

Difteri adalah penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian vaksin DPT. Vaksinasi ini dilakukan secara bertahap sejak masa kanak-kanak, yaitu mulai dari usia 2 bulan hingga 6 tahun. Anak-anak yang telah mendapatkan vaksin DPT sebelum usia 7 tahun disarankan untuk melakukan booster vaksin difteri ketika berusia 18 tahun.

Konsultasi keluhan mengenai masalah kesehatan Anda dengan dokter spesialis di aplikasi YesDok.

(foto: lifepack)

YesDok Ads