Long Covid Memicu Gejala PTSD

February 07, 2022 | Iman

Long covid

Pandemi Covid-19 memang  menyulitkan kita semua. Bahkan bagi yang terkena infeksi virus ini dapat memengaruhi banyak organ lewat berbagai gejala.

Beberapa gejala mungkin bertahan lebih lama dan mungkin muncul secara acak, kondisi ini disebut long Covid. Salah satu gejala umum dari long Covid adalah post-traumatic stress disorder atau gangguan stres pascatrauma (PTSD), yang dapat dipicu pada beberapa kesempatan, bahkan terkadang di saat-saat intim.

PTSD adalah gangguan mental umum yang dipicu oleh trauma psikologis utama. Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan penderitaan yang serius. Kondisi ini umum terjadi pada mereka yang terinfeksi virus parah atau yang telah dirawat di rumah sakit.

Sekitar sepertiga dari pasien Covid-19 yang mengembangkan risiko mengalami PTSD. Para ahli percaya bahwa menjadi parah bukan hanya alasan yang memberi jalan pada gangguan stres traumatis. Pasien merasa lebih ketakutan dengan hal-hal yang terjadi di sekitar mereka dan bagaimana situasi berubah.

Salah satu aktivitas yang paling umum adalah berbaring tengkurap untuk dipijat atau saat berhubungan intim secara fisik dengan seseorang. Berbaring tengkurap membuat seseorang mengingat ingatan tentang posisi tengkurap, yang merupakan praktik umum selama gejala virus corona yang parah.

Setelah terinfeksi ketika mereka mengulangi tindakan yang sama mereka merasa sesak dan tidak nyaman. Gejala PTSD dapat membuat orang sulit bernapas dan mengganggu keseharian mereka. Kondisi ini membuat mereka mengeluhkan banyak berkeringat dan mungkin menderita nyeri otot.

YesDok Ads

Keadaan saat berbaring tengkurap mengirim otak ke mode “serangan panik” karena posisi fisik itu mungkin ditandai sebagai trauma. Bahkan menyaksikan orang lain dalam posisi yang sama di rumah sakit terengah-engah dapat memicu trauma dan memperburuk keadaan mereka.

Siapa yang paling terkena dampaknya?

Secara umum, gejala PTSD dapat menyerang siapa saja, tetapi para peneliti telah menemukan bahwa petugas kesehatan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengembangkan gejala tersebut dibandingkan dengan orang lain. Sebuah studi Oxford yang diterbitkan dalam British Journal of Clinical Psychology menemukan bahwa 44 persen staf garda terdepan selama pandemi didiagnosis dengan PTSD. Dari ketiga-perempat kasus trauma dipicu oleh beberapa alasan lain, tetapi sepertiga jelas terkait dengan pandemi.

Pekerja garis depan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di rumah sakit merawat pasien. Kondisi ini adalah salah satu alasan mengapa mereka berada pada risiko yang lebih besar. Tetapi mereka yang menderita Covid-19 parah mungkin juga mengembangkan hal yang sama.

(Foto : pixabay)

YesDok Ads