Koneksi Antara Stres Dan Konstipasi

November 18, 2019 | Kaifia

Kadar stres tinggi bisa mengakibatkan atau memperburuk gejala gastrointestinal, seperti mual, sakit perut dan perubahan pada pergerakan usus, termasuk konstipasi. 

Para peneliti telah mengidentifikasi berbagai koneksi antara otak dan perut yang dapat menyebabkan gejala sembelit. Berbagai perawatan dan pengobatan dapat membantu meringankan sembelit yang berhubungan dengan stres.

Hubungan antara stres dan konstipasi 

Konstipasi atau sembelit yaitu suatu kondisi ketika seseorang sulit BAB dan pergerakan usus tidak berfungsi dengan baik. Gejala sembelit bervariasi dan dapat meliputi:

  • Kurang dari tiga buang air besar per minggu

  • Tinja kering, keras, atau kental

  • Buang air besar yang sulit atau menyakitkan untuk dilewati

  • Merasa tidak mampu mengosongkan isi perut

Banyak faktor yang bisa menyebabkan konstipasi. Penyebab umumnya yaitu dehidrasi kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang buruk - misalnya, tidak makan cukup serat.

Stres juga dapat menyebabkan sembelit. Ketika stres psikologis mengarah ke gejala fisik, mereka dikenal sebagai gejala somatik.

Efek yang dimiliki hormon stres pada tubuh dapat menyebabkan sembelit. Selain itu, ketika seseorang stres, mereka lebih cenderung makan makanan yang tidak sehat, kurang berolahraga atau tidur, atau lupa untuk tetap terhidrasi. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan konstipasi.

YesDok Ads

Menurut sebuah artikel di jurnal Expert Review of Gastroenterology & Hepatology Trusted Source, peneliti telah mengidentifikasi beberapa cara di mana stres dapat menyebabkan sembelit:

  • Dalam situasi yang penuh tekanan, kelenjar adrenal tubuh melepaskan hormon yang disebut epinefrin, yang berperan dalam apa yang disebut respons melawan-atau-lari. Ini menyebabkan tubuh mengalihkan aliran darah dari usus ke organ-organ vital, seperti jantung, paru-paru, dan otak. Akibatnya, gerakan usus melambat, dan sembelit bisa terjadi.

  • Menanggapi stres, tubuh melepaskan lebih banyak faktor pelepas kortikotropin (CRF) dalam usus. Hormon ini bekerja langsung pada usus, yang dapat memperlambat dan menyebabkan meradang. Usus memiliki berbagai jenis reseptor CRF, beberapa di antaranya mempercepat proses di usus, sementara yang lain memperlambatnya.

  • Stres menyebabkan peningkatan permeabilitas usus. Permeabilitas ini memungkinkan senyawa peradangan masuk ke usus, yang dapat menyebabkan perasaan kenyang perut - keluhan umum di antara orang-orang yang berjuang dengan sembelit.

  • Stres dapat memengaruhi bakteri baik di usus. Penelitian belum mengkonfirmasi teori ini, tetapi banyak orang percaya bahwa stres dapat mengurangi jumlah bakteri usus sehat dalam tubuh, sehingga memperlambat pencernaan.

Mengatasi konstipasi terkait stres

Beberapa cara terbaik untuk meredakan sembelit termasuk memperbaiki pola makan, makan banyak serat, dan tetap terhidrasi. Olahraga teratur juga dapat membantu karena aktivitas fisik mendorong gerakan di usus. Gaya hidup ini juga cenderung bermanfaat bagi kesehatan mental dan mengurangi tingkat stres sehari-hari.

Alkohol, rokok, dan makanan kaya akan gula dan lemak dapat meningkatkan risiko sembelit dan stres. 

Terlibat dalam kegiatan menghilangkan stres setiap hari juga dapat membantu. Contoh kegiatan ini termasuk meditasi, yoga, penjurnalan, membaca buku, dan mendengarkan musik.

(Foto: bbc.com)

YesDok Ads