Jangan Anggap Remeh, Obesitas Bisa Picu Komplikasi

March 13, 2023 | Iman

Obesitas Picu Komplikasi

Sebagian masyarakat menganggap obesitas bukan penyakit, malahan anak-anak yang gemuk terlihat lucu dan menggemaskan. Padahal obesitas merupakan penyakit dan dapat memicu komplikasi.

Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Gejala klinis yang dijumpai mulai dari bagian atas tubuh yaitu pada kepala wajah bulat, pipi tembem, dagu rangkap. Pada leher tampak pendek dan terdapat bercak kehitaman di belakang leher, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.

Obesitas digolongkan penyakit yang perlu intervensi secara komprehensif. Selain memberikan dampak terhadap penyakit tidak menular obesitas juga berdampak kerugian ekonomi yang dipicu oleh biaya perawatan yang tinggi.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan obesitas menjadi faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tidak menular antara lain diabetes, jantung, kanker, hipertensi, penyakit metabolik dan non metabolik lainnya, serta berkontribusi sebagai penyebab kematian tertinggi.

"Obesitas merupakan masalah global, sekitar 2 miliar penduduk dunia dan mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Pada tahun 2030 itu diperkirakan 1 dari 5 wanita dan 1 dari 7 pria akan hidup dengan obesitas," ujar Dirjen dr. Maxi.

Pemerintah telah mengatur kandungan gula, garam, dan lemak pada produk makanan olahan maupun makanan siap saji. Hal ini salah satu cara bagaimana pemerintah mengatasi obesitas dan menghindari komplikasi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes mengungkapkan permasalahan obesitas ini harus melibatkan lintas sektor.

YesDok Ads

"Sudah ada Perpres tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di mana kita perlu mengupayakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat sehat dan berdaya guna," ucapnya.

Obesitas dapat terjadi di semua umur. Obesitas pada anak didiagnostik dengan antropometri melalui penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, lalu menghitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB dalam meter.

dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan obesitas pada anak dapat dicegah dengan memberi makanan yang sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat yang seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

"Selanjutnya mengurangi konsumsi gula, dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula yang tinggi. Disamping itu diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain," ucap dr. Winra.

Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Untuk anak usia 4-12 bulan setidaknya tidur 12-16 jam, untuk anak usia 1-2 tahun tidur 11-14 jam, untuk anak usia 3-5 tahun tidur 10-13 jam, untuk anak 6-12 tahun tidur 9-12 jam, dan anak remaja usia 13-18 tahun itu tidur 8-10 jam.

"Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi," tutur dr. Winra.

YesDok menyediakan dokter profesional yang memungkinkan Anda berkonsultasi dari mana saja dan kapan saja. Konsultasi keluhan dan tanya dokter mengenai masalah kesehatan Anda dengan dokter spesialis di aplikasi YesDok.

YesDok Ads