Fakta: Manusia Makan 52.000 Partikel Plastik Setiap Tahun

June 15, 2019 | Iman

Dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 5 Juni. Namun hal ini bertolak belakang dengan puluhan ribu partikel mikroplastik yang dimakan dan dihirup setiap tahunnya. Lantas apakah hal tersebut memengaruhi kesehatan?

Mikroplastik merupakan pecahan plastik kecil dari produk buatan manusia seperti pakaian sintetis, ban mobil, dan lensa kontak.  Kesemua itu umumnya yang paling banyak ditemukan di planet bumi dan berada di dasar laut terdalam.

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bagaimana mikroplastik mampu memasuki rantai makanan manusia, termasuk satu tahun lalu yang menemukan mereka di hampir semua merek air minum dalam kemasan dilansir Times of India.

Para ilmuwan di Kanada menganalisis ratusan set data tentang kontaminasi mikroplastik dan membandingkannya dengan pola makan dan kebiasaan konsumsi orang Amerika. Mereka menemukan bahwa seorang pria dewasa rata-rata menelan hingga 52.000 partikel mikroplastik setiap tahun. Dengan mempertimbangkan polusi yang kita hirup, angka itu diprediksi mampu meningkat menjadi 121.000 partikel, yang berarti setara dengan lebih dari 320 partikel setiap hari.  

YesDok Ads

Tambahan 90.000 partikel dapat dicerna setiap tahunnya jika seseorang hanya minum air botolan. Para peneliti menekankan bahwa angka-angka tersebut adalah perkiraan. Jumlah plastik yang dikonsumsi oleh individu tertentu akan sangat bergantung pada di mana mereka tinggal dan apa yang mereka makan.  

Dampak kesehatan manusia dari efek konsumsi mikroplastik masih belum dipahami dengan baik hingga kini. Namun yang pasti partikel-partikel mikroplastik yang berdiameter lebih kecil dari 130 mikrometer tersebut memiliki potensi untuk berpindah ke jaringan manusia dan bisa saja memicu respons imun lokal. 

“Belum ada bukti jelas partikel plastik menimbulkan bahaya signifikan bagi tubuh manusia, namun alangkah baiknya mulai kini Anda mengurangi penggunaan botol plastik yang tentunya ramah bagi lingkungan,” Profesor Ekologi di Universitas East Anglia Alastair Grant menambahkan.

(Foto: Independent.co.uk)

YesDok Ads