Ditangani Secara Tepat, Depresi bisa Disembuhkan

October 27, 2019 | Iman

World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 menyatakan bahwa gangguan depresi kini menduduki peringkat keempat penyakit di dunia. Sekitar 300 juta dari total populasi dunia menderita depresi. Meski demikian, tingginya angka prevalensi gangguan depresi tidak diikuti dengan meningkatnya pemahaman mengenai gangguan ini di dalam masyarakat.

Terlebih lagi ada banyak stigma yang beredar mengenai depresi dan menghambat orang dengan depresi mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk bisa menjalani kehidupan kembali secara normal.

Depresi adalah suatu kondisi medis yang dapat dikategorikan menjadi tiga jenis gejala: gejala terkait suasana hati (suasana hati yang buruk, minat yang rendah, kecemasan, motivasi yang rendah, dsb), gejala kognitif (gangguan konsentrasi, kesulitan dalam membuat rencana, pelupa, lambat dalam menanggapi dan bereaksi, dsb) & gejala fisik (nyeri, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, dsb).

Pada beberapa pasien, depresi dapat memunculkan pikiran bunuh diri hingga tindakan bunuh diri itu sendiri. World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 memperkirakan bahwa setiap 40 detik terjadi kasus bunuh diri. Deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat meningkatkan remisi, menghindari terjadinya kekambuhan, mengurangi beban emosi dan beban keuangan yang timbul oleh gangguan depresi ini.

Sementara itu, banyaknya stigma yang beredar terhadap depresi menghalangi para penderitanya mendapatkan dukungan yang tepat. Stigma tersebut menghambat orang dengan depresi untuk mencari dukungan yang mereka butuhkan untuk bisa menjalani kehidupan kembali secara normal.

Depresi juga lebih sering dilihat sebagai aib daripada penyakit karena berkenaan dengan kesehatan mental, bukan fisik, padahal orang dengan gangguan depresi bisa pulih sepenuhnya dan penderitanya juga seharusnya bisa tanpa ragu-ragu mencari dukungan dan pengobatan.

Gangguan depresi juga bisa memengaruhi fungsi kognitif selain suasana hati dan gejala fisik lainnya. Hal ini bisa berkontribusi terhadap gangguan fungsi pada orang dengan depresi di lingkungan kerja, masyarakat, maupun kehidupan berkeluarga.

YesDok Ads

Profesor klinis neuropsikiatri di Fakultas Kedokteran, University of South Carolina, Amerika Serikat, Prof Vladimir Maletic, MD mengatakan ada beberapa pihak yang salah paham dengan beranggapan bahwa antidepresan tidak membawa manfaat bagi pasien dan memiliki banyak efek samping.

Ia menjelaskan bahwa antidepresan telah mengalami perubahan evolusi selama bertahun-tahun dan saat ini sudah dikembangkan antidepresan baru seperti Vortioxetine yang tidak hanya memperbaiki gejala-gejala terkait suasana hati tetapi juga mengatasi gejala-gejala kognitif sehingga membantu pasien mencapai pemulihan fungsional.

"Hal yang lebih penting lagi adalah Vortioxetine juga dilaporkan memiliki efek samping yang lebih minimal," jelas Prof Vladimir.

(Foto : usatoday.com)

YesDok Ads