Dampak Corona, Angka Kehamilan Diprediksi Meningkat

May 02, 2020 | Aqiyu

tes kehamilan positif

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam memutus perluasan penyebaran virus corona adalah dengan melakukan physical distancing atau karantina diri di rumah dalam beberapa waktu. Hal ini diketahui sangat memengaruhi pada beberapa aspek kehidupan seperti dampak sosial dan perekonomian. Namun nyatanya, virus corona juga mendongkrak angka kehamilan.

Selama pandemik corona ini, angka kehamilan diprediksi meningkat sekitar 10 persen. Menurut Ketua Ikatan Penyuluh Keluarga Berencana (IPKB) Sragen Suwanto, menganalisa dalam 9-10 bulan ke depan tingkat kelahiran bisa cukup tinggi. Meningkatnya angka kehamilan ini disebabkan oleh banyaknya PUS (pasangan usia subur) yang terkendala untuk keluar rumah. Serta sulitnya melakukan penyuluhan Keluarga Berencana (KB). Dimana saat ini dilarang melakukan kegiatan yang melibatkan banyak orang atau kerumunan.

Sehingga pelayanan pemasangan alat KB sangat terbatas. Faktor ini menyebabkan jumlah akseptor menurun hingga 45%, padahal menurutnya setiap tahunnya bisa dilakukan safari KB bisa mencapai 800 peserta KB baru. Perbandingan jumlah akseptor KB triwulan pertama di tahun 2019 dan tahun 2020 terjadi selisih hingga 435 akseptor.

Petugas penyuluhan menjadi tidak leluasa dalam melayani pemasangan alat KB karena terkait social distancing. Ditambah dengan penerapan work from home, pelayanan akseptor di klinik, rumah sakit dan puskesmas juga dibatasi. Pelayanan ini dibatasi hanya sekitar 10 orang per hari nya.

Pihaknya, dalam mengatasi hal tersebut dengan melakukan sosialisasi door to door. Selain itu, BKKN baru-baru ini bekerja sama dengan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) dalam mensosialisasikan untuk menunda kehamilan selama pandemik dan membagikan alat kontrasepsi. Mengingat, kondisi ibu hamil yang sangat rentan terkena penyakit dan menurunnya kekebalan daya tahan tubuh. Pertimbangan lainnya adalah ibu hamil memiliki risiko sekitar 5-10 persen mengalami keguguran atau pendarahan. Dimana kondisi tersebut harus segera mendapat penanganan di rumah sakit yang kini akses pelayanannya tidak semudah dulu.

(Foto: freepik/mkitina4)

YesDok Ads