Sexuality
Adult
+1

Benarkah COVID-19 Membuat Pria Menjadi Disfungsi Ereksi?

July 19, 2021 | Iman

Disfungsi ereksi

Virus Corona (COVID-19) memiliki kemampuan penularan yang sangat tinggi, dengan banyaknya pria yang memiliki riwayat terkena COVID-19 dan sembuh, maka mulai banyak pula laporan gejala-gejala sisa yang dikeluhkan (long COVID), seperti mudah lelah, kurang konsentrasi, dan depresi. 

Akhir-akhir ini banyak juga dilaporkan kasus keluhan disfungsi ereksi (DE) pada pria dengan riwayat COVID-19 berat, pasca perawatan di ICU. Di sisi lain, karena ukuran pembuluh darah pada penis yang berukuran sangat kecil, gangguan pada ereksi kerap dihubungkan (memiliki nilai prediksi) terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah.

Ereksi merupakan proses kompleks dan memerlukan hormon, fungsi anatomi, serta hasrat yang baik. Bila terdapat gangguan pada satu atau lebih komponen tersebut, maka ereksi mungkin tidak dapat tercapai. Kondisi ini dapat diterapi baik mulai dengan medikamentosa bahkan sampai operasi pemasangan prostesis penis.

YesDok Ads

Diketahui bahwa COVID-19 dapat mengakibatkan disfungsi dinding pembuluh darah, hipogonadisme subklinis, tekanan psikologis, dan gangguan hemodinamik paru, semuanya berkontribusi pada potensi timbulnya DE. Selain itu, COVID-19 dapat memperburuk kondisi jantung dan pembuluh darah sehingga semakin meningkatkan risiko DE.

Namun demikian, fungsi testis pada pasien COVID-19 memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan yang belum jelas antara defisiensi testosteron (akibat COVID-19) dan kemungkinan konsekuensinya terhadap kesehatan reproduksi. 

Walaupun terdapat hubungan antara peningkatan kejadian disfungsi ereksi pasca COVID, sampai saat ini masih belum ditemukan adanya hubungan antara penyakit COVID-19 dengan penurunan kualitas sperma. Sehingga belum dapat dikatakan COVID-19 menurunkan tingkat fertilitas pada pria.

YesDok Ads