Benarkah Adanya Hubungan Antara Masalah Gusi Dengan Kesehatan Mental?

March 30, 2022 | Kaifia

Penyakit gusi

Pastinya kita pernah memeriksa ke dokter gigi akibat dari keluhan penyakit gusi yang tidak kunjung sembuh.

Penyakit gusi dapat dijelaskan sebagai infeksi serius yang ditandai dengan warna gusi memerah, bengkak dan nyeri. 

Menurut CDC, penyakit gusi dan kerusakan gigi adalah kedua kondisi serius yang paling memengaruhi kesehatan gigi secara umum.

Dari sebuah artikel yang dilansir oleh Medical News Today, penelitian terbaru di Inggris melaporkan bahwa dampak penyakit gusi dapat menyebar luas hingga ke mulut sehingga mampu meningkatkan berbagai kesehatan yang serius. 

Rekan penulis pertama, Dr. Joht Singh Chandan, menjelaskan bahwa ketika kesehatan mulut memburuk, hal tersebut bisa menyebabkan penurunan kualitas hidup secara substansial. 

Hingga saat ini, belum banyak yang diketahui tentang kaitan antara kesehatan mulut yang buruk dengan penyakit kronis, khususnya gangguan mental.

YesDok Ads

Penelitian ini menggunakan salah satu studi epidemiologi terbesar dari jenisnya saat ini serta data perawatan primer inggris untuk mengetahui hubungan antara penyakit gusi dengan beberapa kondisi kronis lainnya. 

Mereka mengidentifikasi kohort 64.379 orang dewasa di Inggris dengan masalah gusi.

Usia kohort rata-rata sekitar 45 tahun, 43% adalah laki-laki dan 30% adalah perokok aktif. Kesehatan setiap individu dilacak selama 3,4 tahun. 

Kaitan yang terlihat dalam analisis ini yaitu adanya penyakit gusi dengan masalah kesehatan mental tertentu seperti kecemasan dan depresi, yang berkembang pada 37% dari orang dengan penyakit gusi.

Penulis studi lalu mengatakan pada Medical News Today bahwa “Hal ini dapat diasumsikan kalau konsekuensi dari masalah gusi, yang melibatkan gejala seperti bau mulut, pergeseran gigi dan kehilangan gigi, berpengaruh pada faktor psikososial individu.”

“Masalah gusi yang mengganggu bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan diri, kemampuan bersosialisasi serta masalah fungsional ketika Anda sulit mengunyah saat mencoba untuk makan. Namun, perlu diingat bahwa di dalam penelitian ini, kami hanya fokus dalam satu aspek.”

YesDok Ads