Tantrum akan selalu terjadi pada balita. Tantrum merupakan kondisi dimana tiba-tiba si kecil marah, menangis, menjatuhkan diri ke lantai dan menendang-nendang. Tantrum juga masalah umum anak-anak usia prasekolah, biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun dalam mengekspresikan emosi mereka.

Karena pada usia tersebut, anak belum bisa mengungkapkan keinginannya sehingga mereka meluapkan dengan cara meronta, berteriak, menangis, menjerit, menghentakkan kedua kaki dan tangan ke lantai atau tanah. Menurut Protegal & Davidson tahun 2003, persentase anak balita dengan tantrum sekitar 87% terjadi pada anak usia 18-24 bulan, 91% pada usia 30-36 bulan dan 59% pada usia anak 42-48 bulan.

Jika dilhat dari persentase tersebut, puncak tantrum berada pada usia 1 – 3 tahun. Dengan rata-rata durasi tantrum berdasarkan usia sebagai berikut:

• 2 menit pada usia anak satu tahun.
• 4 menit pada usia anak 2-3 tahun.
• 5 menit pada usia anak 4 tahun.

Sedangkan untuk frekuensinya, dalam seminggu anak berusia satu tahun bisa mengalami tantrum sebanyak 8 kali. Lalu pada usia 2 tahun meningkat menjadi 9 kali, menurun menjadi 6 kali pada usia anak 3 tahun, dan 5 kali pada anak yang berusia 4 tahun. Tantrum memang normal dialami anak berusia 1-4 tahun, tetapi bila lebih dari itu sudah tidak wajar.

Menurut psikolog, bila diatas usia 4 tahun si kecil masih sering tantrum dan marah-marah tidak terkendali, itu menandakan bahwa ada yang salah pada pola asuh orangtunya. Karena seharusnya diusia 4-6 tahun anak sudah dapat mengontrol emosi dan dirinya sendiri dan tidak marah meledak-ledak secara tiba-tiba. Meski begitu, sebenarnya tantrum pada anak memiliki masa yang berbeda-beda.

Para orangtua juga harus mengevalusi cara asuhnya untuk membantu anak mengenali emosi yang ia rasakan. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi tantrum pada adalah menjalin komunikasi yang baik pada anak. Anda bisa mengajaknya bicara untuk mengetahui penyebab ia tantrum.